FATKHUR RIFAN
Analisis Novel “Ketika Cinta
Bertasbih I” karya Habiburrahman El Shirazy
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-nya,
sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya .
Ucapan terimakasih tak lupa
penulis persembahkan kepada :
1.
Dra. Lilik
Sriyatin, M.Pd. selaku pembimbing mata kuliah Sosiologi Sastra yang
senantiasa memberikan saran serta dorongan untuk terselesaikannya makalah ini
dengan baik.
2.
Orang tua kami yang telah membantu serta mendukung
terselesaikannya makalah ini.
3.
Teman-teman
mahasiswa yang turut serta menyelesaikan
makalah ini.
Penulis mohon maaf apabila
terdapat ketidaksempurnaan dalam penyusunan makalah ini. Maka dari itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi
kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya.Semoga makalah ini dapat
meningkatkan pengetahuan pembaca tentang Mata kuliah Sosiologi Sastra.
Pasuruan, 12 November
2011
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 . Sinopsis
2.2 Analisis
unsur Intrinsik
2.3 Analisis unsur Ekstrinsik
BAB III. PENUTUP
3.1 Kritik dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar
Belakang
Karya sastra merupakan hasil pekerjaan
kreatif pengarang yang memuat cerita-cerita tentang kehidupan. Ada tiga macam
jenis prosa yang di dalamnya terdapat peristiwa kehidupan yang dialami para
tokohnya. Menurut Sudjiman (1998; 53), novel merupakan proses rekaan yang
panjang, menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan
latar belakang secara teratur. Novel yang baik tidak hanya dituntut untuk mudah
dipahami dan menarik bagi pembacanya, tetapi juga harus mengandung nilai-nilai
moral dan kemanusiaan yang bermanfaat bagi pembacanya.
Novel merupakan perwujudan ide pengarang yang diungkapkan dalam bentuk karya sastra dengan menggunakan media bahasa. Pengarang menciptakan karya sastra tidak terlepas dari tujuannya untuk menyampaikan gagasan, perasaan dan pengalaman hidupnya kepada pembaca dengan harapan pembaca dapat terhibur dan memperoleh manfaat dari karyanya.
Novel merupakan perwujudan ide pengarang yang diungkapkan dalam bentuk karya sastra dengan menggunakan media bahasa. Pengarang menciptakan karya sastra tidak terlepas dari tujuannya untuk menyampaikan gagasan, perasaan dan pengalaman hidupnya kepada pembaca dengan harapan pembaca dapat terhibur dan memperoleh manfaat dari karyanya.
Novel Ketika Cinta Bertasbih adalah salah satu
karya seorang novelis muda, Haabiburrahman El-Shirazy. Ia lahir pada tanggal 30
September 1976 di Semarang, Jawa Tengah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota
Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Negeri Program Khusus (MAPK), lulus
pada tahun 1995. Setelah itu, ia melanjutkan pendidiknya ke Universitas
Al-Azhar di Kario, dan selesai pada tahun 1999. Pada tahu 2001, ia
menyelesaikan Postgraduate Diploma (Pgd.) S2 di Kairo, Mesir.
Kenapa Ketika Cinta Bertasbih diangkat
sebagai makalah karena di dalamnya terkandung nilai-nilai kehidupan manusia, di
antaranya nilai religi, budaya dan cinta. Novel tersebut menceritakan tentang
kehidupan masyarakat yang berhubungan dengan perilaku mahasiswa yang kuliah di
luar negeri. Jalan cerita di dalamnya juga menarik, disertai dengan nilai-nilai
keteladanan. Hal itu dapat member manfaat bagi para pembaca. Selain itu
Habiburrahman El Shirazy menuliskan pengalaman hidupnya selama berada di Kairo.
Cerita dalam novel tersebut dapat terasa lebih nyata karena permasalahan-permasalahan
yang ada dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Novel Ketika Cinta Bertasbih ditulis di antara tahun 2005-2006 dan diterbitkan pada tahun 2007. Novel tersebut mengisahkan kehidupan Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang berjuang menggapai gelar Master di Universitas Al Azhar, Kairo. Tokoh Azzam digambarkan sebagai sosok yang menjalani hari-harinya dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Azzam selalu berusaha menjunjung tinggi ajaran islam dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Kairo, Azzam tinggal di sebuah apartement sederhana dengan lima mahasiswa Al Azhar yang berasal dari Indonesia pula. Hari-hari Azzam sendiri selain disibukkan oleh aktivitas kampus, ia juga disibukkan sebagai profesi tambahannya menjadi penjual bakso dan tempe di kalangan mahasiswa Indonesia ataupun orang-orang KBRI.
Novel Ketika Cinta Bertasbih ditulis di antara tahun 2005-2006 dan diterbitkan pada tahun 2007. Novel tersebut mengisahkan kehidupan Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang berjuang menggapai gelar Master di Universitas Al Azhar, Kairo. Tokoh Azzam digambarkan sebagai sosok yang menjalani hari-harinya dengan berbagai macam target dan kesederhanaan hidup. Azzam selalu berusaha menjunjung tinggi ajaran islam dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di Kairo, Azzam tinggal di sebuah apartement sederhana dengan lima mahasiswa Al Azhar yang berasal dari Indonesia pula. Hari-hari Azzam sendiri selain disibukkan oleh aktivitas kampus, ia juga disibukkan sebagai profesi tambahannya menjadi penjual bakso dan tempe di kalangan mahasiswa Indonesia ataupun orang-orang KBRI.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah
analisis keterkaitan antara aspek Sosiologi
sastra dengan aspek
religius?
2. Bagaimanakah nilai-nilai religius yang terkandung dalam novel Ketika Cinta
2. Bagaimanakah nilai-nilai religius yang terkandung dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui
keterkaitan antara aspek Sosiologi
sastra dengan aspek religius.
2. Mengetahui nilai-nilai religius yang terkandung dalam novel Ketika Cinta
2. Mengetahui nilai-nilai religius yang terkandung dalam novel Ketika Cinta
Bertasbih.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Sinopsis
Khairul Azzam adalah pemuda cerdas yang terlahir di sebuah desa di Jawa
Tengah dan merupakan anak tertua dari empat bersaudara. Dari kecil Azzam sudah
memiliki prestasi di sekolahnya, ia selalu mendapatkan juara pertama di
kelasnya. Di tingkat Aliyah prestasi Azzam pun semakin gemilang. Berkat
ketekunan dan kesungguhannya belajar ia mendapat beasiswa kuliah di
Al-Azhar-Kairo.
Baru setahun di Kairo prestasi Azzam sangat membanggakan ayahnya bahkan
ia memdapat nilai yang Jayyid Jiddan (lulus dengan sempurna), namun ajal tidak
memandang siapa pun, ia datang kepada siapa saja yang telah digariskan tuhan.
Itu pula yang terjad dengan ayah Azzam, setelah menempuh perkuliahan selama
setahun ia mendapat berita bahwa ayahnya telah menghadap Sang Pencipta untuk
selamanya.
Itulah awal dari menurunnya prestasi Azzam di kampus. Sebagai anak tertua Azzam mau tidak mau harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, dikarenakan adiknya masih kecil-kecil. Sementara itu, dia sendiri harus menyelesaikan studinya di Negara orang. Akhirnya dia mulai membagi waktu untuk belajar dan mencari nafkah. Ia mulai membuat tempe dan bakso yang ia pasarkan di lingkungan KBRI di Kairo. Berkat keahlian dan keuletannya dalam memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staf KBRI di Cairo. Tapi hal itu berimbas pada kuliah Azzam, sudah 9 tahun berlalu, ia belum juga menyelesaikan kuliahnya.
Itulah awal dari menurunnya prestasi Azzam di kampus. Sebagai anak tertua Azzam mau tidak mau harus bertanggung jawab atas kehidupan keluarganya, dikarenakan adiknya masih kecil-kecil. Sementara itu, dia sendiri harus menyelesaikan studinya di Negara orang. Akhirnya dia mulai membagi waktu untuk belajar dan mencari nafkah. Ia mulai membuat tempe dan bakso yang ia pasarkan di lingkungan KBRI di Kairo. Berkat keahlian dan keuletannya dalam memasak, Azzam menjadi populer dan dekat dengan kalangan staf KBRI di Cairo. Tapi hal itu berimbas pada kuliah Azzam, sudah 9 tahun berlalu, ia belum juga menyelesaikan kuliahnya.
Seringnya Azzam mendapatkan job di KBRI Kairo mempertemukan ia dengan
Puteri Duta Besar, Eliana Pramesthi Alam. Eliana adalah lulusan EHESS Perancis
yang melanjutkan S-2 nya di American University in Cairo. Selain cerdas, Eliana
juga terkenal di kalangan mahasiswa karena kecantikannya. Ia bahkan pernah
diminta main di salah satu film produksi Hollywood, juga untuk Film layar lebar
dan Sinetron di Jakarta. Segudang prestasi dan juga kecantikan Eliana membuat
Azzam menaruh hati pada Eliana. Tetapi Azzam urung menjalin hubungan lebih
dekat dengan Eliana, karena selain sifat dan kehidupannya yang sedikit bertolak
belakang dengan Azzam, juga karena nasihat dari Pak Ali, supir KBRI yang sangat
dekat dengan keluarga Eliana.
Apa yang dikatakan Pak Ali cukup terngiang-ngiang di benaknya, bahwa ada
seorang gadis yang lebih cocok untuk Azzam. Azzam disarankan untuk buru-buru
mengkhitbah (melamar) seorang mahasiswa cantik yang tak kalah cerdasnya dengan
Eliana. Dia bernama Anna Althafunnisa, S-1 dari Kuliyyatul Banaat di Alexandria
dan sedang mengambil S-2 di Kuliyyatul Banaat Al Azhar – Cairo, yang juga
menguasai bahasa Inggris, Arab dan Mandarin. menurut Pak Ali, kelebihan Anna
dari Eliana adalah bahwa Anna memakai jilbab dan sholehah, bapaknya seorang
Kiai Pesantren bernama Kiai Luthfi Hakim.
Ada keinginan Khaerul Azzam untuk menghkhitbah Anna walaupun ia belum
pernah bertemu atau melihat Anna. Karena tidak punya biaya untuk pulang ke
Indonesia, Pak Ali menyarankan supaya melamar lewat pamannya yang ada di Cairo,
yaitu Ustadz Mujab, dimana Azzam sudah sangat mengenal ustadz itu. Dengan niat
penuh dia pun datang ke ustadz Mujab untuk mengkhitbah Anna Althafunnisa. Tapi
ternyata lamaran itu ditolak atas dasar status. Karena S-1 Azzam yang tidak
juga selesai, dan lebih dikenal karena jualan tempe dan bakso. Selain itu, Anna
telah dikhitbah lebih dulu oleh seorang pria yang alih-alih adalah Furqan,
sahabat Azzam yang juga mahasiswa dari keluarga kaya yang juga cerdas di mana
dalam waktu dekat akan menyelesaikan S-2 nya. Azzam bisa menerima alasan itu,
meskipun hatinya cukup perih.
Tetapi kemudian Furqan mendapat musibah yang sangat menghancurkan harapan-harapan hidupnya. Hal tersebut membuatnya menghadapi dilemma antara ia harus tetap menikahi Anna yang telah dikhitbahnya, tetapi itu juga sekaligus akan dapat menghancurkan hidup Anna.
Tetapi kemudian Furqan mendapat musibah yang sangat menghancurkan harapan-harapan hidupnya. Hal tersebut membuatnya menghadapi dilemma antara ia harus tetap menikahi Anna yang telah dikhitbahnya, tetapi itu juga sekaligus akan dapat menghancurkan hidup Anna.
Sementara itu Ayyatul Husna, adik Azzam yang sering mengirim berita dari
kampung, membawa kabar yang cukup meringankan hati Azzam. Agar Azzam tidak
perlu lagi mengirim uang ke kampung dan lebih berkonsentrasi menyelesaikan
kuliahnya. Karena selain Husna telah lulus kuliah di UNS, ia juga sudah bekerja
sebagai Psikolog. Keahlian Husna dalam menulis sudah membuahkan hasil.
Penghasilan Husna cukup dapat membiayai kebutuhan adiknya yang mengambil
program D-3, serta adik bontotnya yang bernama Sarah yang masih mondok di
Pesantren.
Azzam yang sudah sangat rindu dengan keluarganya memutuskan untuk serius dalam belajar, hingga akhirnya berhasil lulus. Azzam pun menepati janjinya ke keluarganya untuk kemMesir ke kampung dan segera mencari jodoh di sana, memenuhi amanat ibunya. Walaupun sebenarnya masih terbersit sedikit harapan untuk tetap mendapatkan hati Anna.
Azzam yang sudah sangat rindu dengan keluarganya memutuskan untuk serius dalam belajar, hingga akhirnya berhasil lulus. Azzam pun menepati janjinya ke keluarganya untuk kemMesir ke kampung dan segera mencari jodoh di sana, memenuhi amanat ibunya. Walaupun sebenarnya masih terbersit sedikit harapan untuk tetap mendapatkan hati Anna.
Apakah mungkin Azzam akan berjodoh dengan Anna? Ataukah Eliana yang
sebenarnya juga masih penasaran dengan Azzam? Ataukah Azzam berhasil menemukan
tambatan hatinya di Indonesia?..
2.2. Analisis Unsur Intrinsik
A.Tema.
Tema dalam novel ini adalah cinta islami.
Tema dalam novel ini adalah cinta islami.
B.Latar
Latar dapat dibedakan ke dalam unsur tempat, waktu, dan sosial. Berikut akan dijelaskan dari ketiga unsure tersebut:
Latar dapat dibedakan ke dalam unsur tempat, waktu, dan sosial. Berikut akan dijelaskan dari ketiga unsure tersebut:
a. Latar Tempat.
Yang menjadi latar tempat dalam novel ini adalah di daerah kota
Alexandria. Seperti Hotel Al Haram, tempat Azzam menginap sewaktu Kedutaan
besar republik Indonesia mengadakan acara “pekan promosi wisata dan budaya
Indonesia di Alexandria”. Acara makan malam di sebuah taman pantai El Muntazah,
lobby hotel. Pantai Cleopatra dimana tempat Azzam dan Pak Ali
berbincang-bincang menikmati udara pagi setelah shalat subuh. Toko buku di El
Manshiya, dimana Azzam bertemu Furqan untuk kedua kalinya. Flat Azzam dan
teman-temannya dari Indonesia di Hay El Asher. Masjid Ridhwan biasanya tempat Azzam
menunaikan shalat subuh. Universitas Al Azhar. Meridien hotel, tempat Furqan
menenangkan dirinya untuk fokus tesis. Pasar Sayyeda Zainab, dimana tempat
biasa Azzam berbelanja peralatan bakso dan tempe. Flat Anna dan teman-temannya
dari Indonesia di Abdur Rasul. Kantor mabahits tempat pertahanan dan keamanan,
penjara dan rumah sakit.
Seperti berikut gambaran di dalam ceritanya: “ia mengalihkan pandangannya jauh ketengah laut mediterania. Nan jauh di sana ia melihat tiga kapal yang tampak kecil dan hitam. Kapal-kapal itu ada yang sedang menuju Alexandria, ada juga yang sedang meninggalkan Alexandria…”. Selain itu juga diceritakan pula sebuah taman di Indonesia yaitu Taman Mini Indonesia indah, makam Bonoloyo di Solo, rumah Anna di pesantren Daarul Quran, serta rumah Azzam dan keluarga di Indonesia.
Seperti berikut gambaran di dalam ceritanya: “ia mengalihkan pandangannya jauh ketengah laut mediterania. Nan jauh di sana ia melihat tiga kapal yang tampak kecil dan hitam. Kapal-kapal itu ada yang sedang menuju Alexandria, ada juga yang sedang meninggalkan Alexandria…”. Selain itu juga diceritakan pula sebuah taman di Indonesia yaitu Taman Mini Indonesia indah, makam Bonoloyo di Solo, rumah Anna di pesantren Daarul Quran, serta rumah Azzam dan keluarga di Indonesia.
b. Latar Waktu
Latar waktu dalam cerita ini tidak dijelaskan secara langsung oleh
pengarang, namun dapat ditarik kesimpulan cerita ini berlangsung ketika Azzam
mulai menuntut ilmu pada jenjang perguruan tinggi di Universitas Al Azhar,
Cairo. Sampai akhirnya ia harus bekerja keras untuk mempertahankan kuliahnya
sampai selesai beserta keluarganya yang ada di Indonesia. Seperti petikan
berikut: “Dan akan ia buka kembali saat nanti sudah pulang ke Indonesia. Setelah
ia sudah selesai S1 dan adik-adiknya sudah bisa ia percaya mampu meraih masa
depannya”. (hal.121)
“Padahal ia sudah sembilan tahun di Mesir. Ia sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Baginya, yang penting ia telah melakukan hal yang benar. Benar untuk dirinya, ibunya, adik-adiknya dan agamanya. (hal.212)
“Padahal ia sudah sembilan tahun di Mesir. Ia sama sekali tidak memperdulikan hal itu. Baginya, yang penting ia telah melakukan hal yang benar. Benar untuk dirinya, ibunya, adik-adiknya dan agamanya. (hal.212)
c. Latar Sosial
Cerita ini mengangkat sosial masyarakat Mesir yang
kental sekali dengan islam dan para mahasiswa Indonesia. Dalam novel ini
dijelaskan dengan detail aktifitas para mahasiswa dalam menuntut ilmu di Al
Azhar, dan kegiatan yang sering dibuat oleh KBRI. Kemudian diceritakan juga
masyarakatnya yang heterogen, sikap toleransi, dan saling tolong menolong.
Hidup dengan kebersamaan, kesederhanaan dan kedamaian. Serta kota indah yang
menjadi pelabuhan utama di Alexandria. Seperti gambaran
“Malam mulai membentangkan jubah hitamnya. Lampu-lampu jalan berpendaran. Alexandria memperlihatkan sihirnya yang lain. Sihir malamnya yang tak kalah indahnya. Kelap-kelip lampu kota yang mendapat julukan “sang pengantin laut mediterania” itu bagai tebaran intan berlian…”. Namun terdapat hal-hal yang tidak baik dari masyarakat mesir yang digambarkan dalam novel ini seperti kurang ramahnya orang mesir dalam melayani orang Indonesia dalam berbelanja. Ketika Azzam membeli kibdah. Kalau bicara sangat tinggi, terlalu melihat dari segi materi, pelayanan aparat polisi kurang baik, serta pemerasan yang kerap terjadi.
“Malam mulai membentangkan jubah hitamnya. Lampu-lampu jalan berpendaran. Alexandria memperlihatkan sihirnya yang lain. Sihir malamnya yang tak kalah indahnya. Kelap-kelip lampu kota yang mendapat julukan “sang pengantin laut mediterania” itu bagai tebaran intan berlian…”. Namun terdapat hal-hal yang tidak baik dari masyarakat mesir yang digambarkan dalam novel ini seperti kurang ramahnya orang mesir dalam melayani orang Indonesia dalam berbelanja. Ketika Azzam membeli kibdah. Kalau bicara sangat tinggi, terlalu melihat dari segi materi, pelayanan aparat polisi kurang baik, serta pemerasan yang kerap terjadi.
C. Penokohan/perwatakan.
Tokoh utama dalam novel ini adalah Abd. Khairul Azzam.
Dan tokoh tambahannya adalah diantaranya Elliana, Anna dan Furqan.
1. Abdullah Khairul Azzam
Seorang mahasiswa yang sederhana, kreatif, mampu
menyelesaikan masalah, berani mengambil resiko, pantang menyerah dan berjiwa
usaha yang tinggi. setiap ada peluang sedikit untuk melakukan manuver bisnis
pasti dimanfaatkan secara baik tidak peduli resikonya tinggi, asal ada kemauan
pasti ada jalan.
Selain itu Azzam
merupakan kakak yang sangat peduli terhadap ibu dan adik - adiknya, walaupun
mengorbankan kuliahnya untuk bekerja, Azzam bangga karena pada akhirnya dapat
mengantarkan adik - adiknya menggapai cita - cita. Husna adiknya yang pertama
berhasil menjadi psikolog dan penulis terbaik nasional. Lia adik keduanya lulus
P GSD, dan menjadi guru favorit di SDIT Al Kautsar Solo. Dan adik bungsunya
Sarah, hampir khatam Al Quran di Pesantren Al Quran di Kudus. Sosok seorang
Azzam sebagai kakak mencerminkan betapa besarnya kasih sayang dan pengorbanan
kepada adik -adiknya patut dijadikan contoh.
a. Kreatif
“Biarlah masyarakat Indonesia di Cairo tahunya saya adalah mahasiswa
Al-Azhar yang tidak lulus-lulus karena lebih senang bisnis tempe, bakso, dan
katering.” (hal.65)
b. Rajin
b. Rajin
“Mungkin saat itu mas khairul sedang capek. Letih. Orang kalau letih itu
bisa tidak jernih pikirannya. Cobalah ingat, kemarin ia kerja sejak pagi sampai
malam.” (hal.105)
c. Tanggung jawab
c. Tanggung jawab
“Allah belum mengizinkan aku menikah. Aku masih harus memperhatikan
adik-adikku sampai ke gerbang masa depan yang jelas dan cerah”. (hal.121)
“ia langsung teringat akan tanggung jawabnya sebagai kakak tertua. Ia menangis. Ia merasakan betapa sayangnya Allah kepadanya. Allah masih ingin ia focus pada tanggung jawabnya membiayai adik-adiknya.” (hal.121) “aku sama sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adik-adikmu di Indonesia…” (hal.65)
d. Mandiri
“ia langsung teringat akan tanggung jawabnya sebagai kakak tertua. Ia menangis. Ia merasakan betapa sayangnya Allah kepadanya. Allah masih ingin ia focus pada tanggung jawabnya membiayai adik-adiknya.” (hal.121) “aku sama sekali tak menyangka bahwa kau menghidupi adik-adikmu di Indonesia…” (hal.65)
d. Mandiri
“Saat itu ia sendiri sedang sangat memdrlukan datangnya sumber rejeki
untuk mempertahankan hidupnya, dan juga adik-adiknya. Jadilah ia terjun total
dalam bisnis membuat bakso.” (hal.224)
e. Penolong
“Baiklah, sekarang masalah Bantu membantu. Bukan bisnis. Saya ingin murni
membantu, jadi saya tidak akan mengharapkan apapun dari mbak.” (hal.50)
“O, ya sudah. Semoga bisa dilacak.”sahut Azzam sambil menutup pintu taksi. Taksi perlahan bergerak. Pikiran Azzam juga bergerak bagaimana mendapatkan kembali kitab itu.”(hal.197)
“O, ya sudah. Semoga bisa dilacak.”sahut Azzam sambil menutup pintu taksi. Taksi perlahan bergerak. Pikiran Azzam juga bergerak bagaimana mendapatkan kembali kitab itu.”(hal.197)
f. Soleh
“Ia membenarkan tindakannya itu dengan berpikir bahwa datangnya azan yang
memanggilnya itu lebih dulu dari datangnya dering telpon itu. Dan dia harus
mendahulukan yang datang lebih dulu.” (hal.45)
g. Cerdas
g. Cerdas
“Ia adalah prototype anak Indonesia yang pintar, cerdas, dan bersahaja,
namun lahir dari kalangan keluarga pas-pasan; jadi, sangat khas Indonesia!
Kecerdasan azzam kian terbukti tatkala ditahun pertama menimba ilmu di Al-Azhar
ia memperoleh predikat jayyid jiddan(istimewa), dan oleh karenanya ia mendapat
beasiswa dari majlis A’la.” (hal.)
2. Eliana Pramesthi Alam
2. Eliana Pramesthi Alam
Seorang putri tunggal dari duta besar negara Indonesia yang berada di
Mesir, keberadaannya disana untuk menemani kedua orangtuanya serta melanjutkan
S2 nya di American University in Cairo (AUC). Berwatak keras, sombong, ketus,
dan egois. Gadis yang bersuara merdu, fostur tubuh yang indah dan cantik ini
juga dianugrahi sosok yang cerdas, pintar, suka debat dan sangat gemar menulis
opini dalam bahasa inggris sehingga banyak meraih berbagai macam prestasi.
Eliana yang lama tinggal di Paris membuat kehidupannya jauh berbeda dengan
wanita-wanita Indonesia yang mengambil studi di Cairo. Kesabaran dan kesalihan
Azzam mampu meredup keangkuhan Eliana dengan menjelaskan kembali beberapa nilai
agama yang selama ini dianggap remeh dan dilalaikan oleh Eliana.
a. Cantik
“Wajahnya yang putih dengan mata yang bulat jernih memancarkan pesona
yang mampu menghangatkan aliran darah setiap pemuda yang menatapnya.” (hal.46)
b. Pintar
b. Pintar
“Tulisannya rapi, runtut, berkarakter, tajam dan kuat datanya. Orang
dengan pengetahuan memadai, akan menilai tulisannya merupakan perpaduan
pandangan seorang jurnalis, sastrawan dan diplomat ulung.” (hal.36)
c. Emosi
c. Emosi
“ia memang orang yang mudah emosi jika ada sedikit saja hal yang tidak
sesuai dengan suasana hatinya.” (hal.95)
d. Peremeh
“Ah shalat itu gampang! Yang penting ini. Ada tugas penting untuk mas
khairul malam ini. Tugas terakhir. Aku janji!” sahut Eliana nerocos tanpa rasa
dosa karena menggampangkan shalat.” (hal.46)
3. Anna Althafunnisa
Mahasiswi Indonesia yang menempuh kuliah S2 di Cairo. Dari keluarga kiyai
terhormat di Klaten. Anna memiliki watak sederhana dan sedikit tertutup.
Prestasi yang diraih Anna tidak sedikit dari kecil, sampai kuliah di Kuliyyatul
Banat al-Azhar ia pun sering menulis dimajalah salah satunya Al Wa’yu Al
Islami, banyak artikel yang dia muat di sana. Anna yang telah menikah dengan
Furqan dan belum pernah dinafkahi batinnya sama sekali membuat furqan harus
jujur bahwa ia divonis penyakit AIDS meskipun sesungguhnya itu negatif.
Akhirnya Anna bercerai dari Furqan dan menikah dengan Azzam yang telah lama
mengidamkan sosoknya.
a. Pintar
“Anna adalah bintangnya pesantren Daarul Quran. Sejak kecil ia menghiasi
dirinya dengan prestasi dan prestasi selain dengan akhlak mulia tentunya. Ia
menyelesaikan S1-nya di Alexandria dengan predikat mumtaz.” (hal.120)
b. Solehah
“Kalau kamu mendapatkan Ana, kamu telah mendapatkan surga sebelum surga.”
(hal.91)
c. Sederhana
c. Sederhana
“Dan Ana lebih memilih menutup diri dari kegiatan-kegiatan yang bersifat
glamour.” (hal.91)
d. Santun
d. Santun
“Anna menunggu Bu Nafis sampai beranda. Begitu bu Nafis mendekat Anna
langsung meraih tangan perempuan setengah baya itu dan menciumnya penuh rasa
ta’zim.” (hal.89)
e. Cantik
“Kedua matanya yang sedikit merah mengguratkan kelelahan. Namun sama
sekali tidak mengurangi pesona kecantikannya.” (hal.252)
4. Furqan
Seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan Magister di
al-al-Azhar Cairo. Ia berasal dari keluarga kaya. Salah satu anak konglomerat
di Jakarta, sehingga kuliahnya berjalan lurus dan cepat diselesaikan tanpa
hambatan. Tokoh Furqan ditampilkan istimewa karena selain materi yang dia
punya, penampilan ia juga menarik. Wataknya yang tidak sombong dan baik hati
membuat dia bisa berteman dengan siapa saja. Kelalaian pun membuat Furqan
terjebak dalam sebuah masalah yang mana akhirnya dia harus bercerai dari Anna,
dan akhirnya menjalin hubungan dengan Eliana yang telah berubah menjadi
muslimah.
a. Ramah
“Setelah berpelukan, Furqan mengajak Azzam menemani makan roti kibdah
disamping sebuah masjid tua sambil berbincang-bincang.” (hal.106)
b. Glamour
“Furqan langsung merasakan kesejukan dan kemewahan kamarnya. Kemewahan
Eropa kontemporer hasil perkawinan arsitektur Italia dan turki modern.”
(hal.155)
c. Intelek
c. Intelek
“Furqan lebih dikenal sebagai intelek muda yang sering diminta menjadi
nara sumber di pelbagai kelompok kajian…..” (hal.61)
d. Ceroboh
“Ini teguran dari Allah atas cara hidupmu yang menurutku sudah tidak
wajar sebagai seorang penuntut ilmu.” (hal.289)
D.
Alur
Alur
Dalam mengolah alur, setiap pengarang dapat mempergunakan bermacam-macam cara. Cara yang digunakan dalam cerita ini adalah alur progresif, yaitu jalan cerita atau peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemuuk membuat jamuan makanan khas Indonesia pun sangat mengagumi sosok Azzam.
Dilanjutkan dengan tahap tengah Azzam yang mengidamkan seorang wanita solehah bernama Anna pun harus direlakan untuk sahabatnya. Furqan yang telah mengenal Anna terlebih dahulu ternyata menaruh perhatian juga terhadapat Eliana. Karena sebab inilah yang membuat Furqan menjadi bingung, akan tetapi Furqan telah melamar Anna melalui pamannya ust.Mujab. Azzam dengan kekurangannya pun tak berdaya menghadapi percintaan ini. Hanya dengan kebesaran dan doa kepada Allahlah ia serahkan.
Klimaks dari cerita ini, dengan pertimbangan xang lama akhirnya Anna menerima lamaran Furqan. Furqan yang terjebak dalam musibah pemerasan, dan divonis terkena AIDS harus merahasiakan semua ini pada Anna. Pernikahan Anna dan Furqan tidak pernah bahagia. Perceraian pun harus dialami oleh Anna dan Furqan.
Tahap akhir dikisahkan melalui Husna, adik Azzam di Indonesia. Terjadilah pertemuan antara Azzam dan Anna. Anna yang pernah sekilas mengenal Azzam di Cairo, sesungguhnya menaruh perhatian khusus. hanya saja pertemuan itu sangatlah singkat. Diakhiri dengan Anna yang telah bercerai dari Furqan dan belum pernah mendapat nafkah batin dari mantan suaminya pun mendapat restu dari kedua orang tuanya untuk menikah dengan Azzam. Furqan dipertemukan kembali dengan Eliana yang telah berubah menjadi muslimah, dan semua vonis tentang penyakit AIDS itu ternyata tidak benar.
nculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).
Dalam mengolah alur, setiap pengarang dapat mempergunakan bermacam-macam cara. Cara yang digunakan dalam cerita ini adalah alur progresif, yaitu jalan cerita atau peristiwa yang diceritakan bersifat kronologis, atau secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, pemuuk membuat jamuan makanan khas Indonesia pun sangat mengagumi sosok Azzam.
Dilanjutkan dengan tahap tengah Azzam yang mengidamkan seorang wanita solehah bernama Anna pun harus direlakan untuk sahabatnya. Furqan yang telah mengenal Anna terlebih dahulu ternyata menaruh perhatian juga terhadapat Eliana. Karena sebab inilah yang membuat Furqan menjadi bingung, akan tetapi Furqan telah melamar Anna melalui pamannya ust.Mujab. Azzam dengan kekurangannya pun tak berdaya menghadapi percintaan ini. Hanya dengan kebesaran dan doa kepada Allahlah ia serahkan.
Klimaks dari cerita ini, dengan pertimbangan xang lama akhirnya Anna menerima lamaran Furqan. Furqan yang terjebak dalam musibah pemerasan, dan divonis terkena AIDS harus merahasiakan semua ini pada Anna. Pernikahan Anna dan Furqan tidak pernah bahagia. Perceraian pun harus dialami oleh Anna dan Furqan.
Tahap akhir dikisahkan melalui Husna, adik Azzam di Indonesia. Terjadilah pertemuan antara Azzam dan Anna. Anna yang pernah sekilas mengenal Azzam di Cairo, sesungguhnya menaruh perhatian khusus. hanya saja pertemuan itu sangatlah singkat. Diakhiri dengan Anna yang telah bercerai dari Furqan dan belum pernah mendapat nafkah batin dari mantan suaminya pun mendapat restu dari kedua orang tuanya untuk menikah dengan Azzam. Furqan dipertemukan kembali dengan Eliana yang telah berubah menjadi muslimah, dan semua vonis tentang penyakit AIDS itu ternyata tidak benar.
nculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).
F.Gaya Bahasa
Pengarang
menggunakan bahasa yang sederhana. Namun banyak ditemui beberapa gaya bahasa
dalam cerita ini. Diantaranya gaya bahasa simile seperti ungkapan “gadis itu
adalah kilau matahari di musim semi”. Metafora seperti ungkapan “ia menjadi
buah bibir dikalangan mahasiswa dan masyarakat Mesir”.
Banyak pula terdapat ungkapan bahasa asing seperti bahasa arab “anta ya Azzam kaif hal? ”ana bi khair. Alhamdulillah. Andak ful shoya? “thob’an ‘andi. “aisy kam kilo?”khomsah wa’isyrin kilo kal ‘adah.” Bahasa inggris “good afternoon sir, can I help u”. Bahasa jawa “sir, ojo lali yo. Ojo kok ke neng kene. Ora tak ijini! Wis aku tak turu ndisik!”.
Pengarang banyak mengutip ayat al quran, hadits, doa nabi, dan pepatah dari seorang penyair. Al quran “tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperhatikan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur”. Hadits “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”. Doa nabi Yunus “la ila ha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzalimin”. Pepatah dari seorang penyair seperti james Allen. Ungkapan dan untaian kata dari seorang tokoh dan dari kitab-kitab ilmiah seperti kaya ibnu Athaillah As Sakandari. Selain itu terdapat bahasa yang diungkapkan melalui surat seperti surat Tiara untuk Fadhil, dan surat Husna untuk kakaknya Azzam dan ungkapan lewat sms.
Banyak pula terdapat ungkapan bahasa asing seperti bahasa arab “anta ya Azzam kaif hal? ”ana bi khair. Alhamdulillah. Andak ful shoya? “thob’an ‘andi. “aisy kam kilo?”khomsah wa’isyrin kilo kal ‘adah.” Bahasa inggris “good afternoon sir, can I help u”. Bahasa jawa “sir, ojo lali yo. Ojo kok ke neng kene. Ora tak ijini! Wis aku tak turu ndisik!”.
Pengarang banyak mengutip ayat al quran, hadits, doa nabi, dan pepatah dari seorang penyair. Al quran “tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, agar diperhatikan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur”. Hadits “Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan”. Doa nabi Yunus “la ila ha illa anta, subhanaka inni kuntu minadzalimin”. Pepatah dari seorang penyair seperti james Allen. Ungkapan dan untaian kata dari seorang tokoh dan dari kitab-kitab ilmiah seperti kaya ibnu Athaillah As Sakandari. Selain itu terdapat bahasa yang diungkapkan melalui surat seperti surat Tiara untuk Fadhil, dan surat Husna untuk kakaknya Azzam dan ungkapan lewat sms.
2.3.
Unsur Ekstrinsik
1. Biografi Pengarang
Habiburrahman el-Shirazy (lahir di Semarang 30 September 1976) adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, penyair, dan suami dari Muyasaratun Sa’idah. Memulai pendidikannya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak. Tahun 1992 ia merantau ke Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai Tahun 1999. Tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma S2 di The Institute for Islamic Studies, Kairo.
Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (1998). Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (2002), Menyucikan Jiwa (2005), Rihlah ilallah (2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (2001), Merah di Jenin (2002), Ketika Cinta Menemukanmu (2004), dll.
Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar dipasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (2004), Di Atas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem. (disadur dari Wikipedia.com)
2. Latar Belakang Sejarah dan Sosial
Habiburrahman el-Shirazy, menulis cerita berdasarkan pengalaman hidupnya yang pernah bersekolah di Universitas Al Azhar, Mesir. Selain sebagai media dakwahnya, novel ini juga mencakup banyak cerita yang menggambarkan hidup seorang lelaki Indonesia. Sebagai contoh, novelnya yang lain yaitu Ayat-ayat Cinta. Dan dari segi ekonominya, pengarang tergolong menengah ke atas dilihat dari latar petualangan pendidikannya, mulai dari pendidikan menengah di MTs Futuhiyyah 1 hingga S2 di The Institute for Islamic Studies Kairo.
1. Biografi Pengarang
Habiburrahman el-Shirazy (lahir di Semarang 30 September 1976) adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir dikenal sebagai dai, novelis, penyair, dan suami dari Muyasaratun Sa’idah. Memulai pendidikannya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak. Tahun 1992 ia merantau ke Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai Tahun 1999. Tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma S2 di The Institute for Islamic Studies, Kairo.
Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Darah Syuhada (2000). Tulisannya berjudul, Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam Universal (1998). Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-Rasul (2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (2002), Menyucikan Jiwa (2005), Rihlah ilallah (2004), dll. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi Ketika Duka Tersenyum (2001), Merah di Jenin (2002), Ketika Cinta Menemukanmu (2004), dll.
Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tapi juga negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei. Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar dipasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (2004), Di Atas Sajadah Cinta (2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem. (disadur dari Wikipedia.com)
2. Latar Belakang Sejarah dan Sosial
Habiburrahman el-Shirazy, menulis cerita berdasarkan pengalaman hidupnya yang pernah bersekolah di Universitas Al Azhar, Mesir. Selain sebagai media dakwahnya, novel ini juga mencakup banyak cerita yang menggambarkan hidup seorang lelaki Indonesia. Sebagai contoh, novelnya yang lain yaitu Ayat-ayat Cinta. Dan dari segi ekonominya, pengarang tergolong menengah ke atas dilihat dari latar petualangan pendidikannya, mulai dari pendidikan menengah di MTs Futuhiyyah 1 hingga S2 di The Institute for Islamic Studies Kairo.
BAB III
PENUTUP
3.1 KRITIK DAN SARAN
Menurut
saya, novel ini sudah bisa dikatakan sempurna. Ceritanya mengalir dan mengikuti
alur, di selingi kata-kata yang terangkai indah serta unsur-unsur islami yang
tersutrat. Dan pembangunan tokoh yang baik, di tunjukkan si pengarang, dengan
deskripsi watak yang kokoh, seperti tokoh Abdullah Khairul Azzam yang
berpendirian teguh dan pekerja keras di bangun lewat cerita kesehariannya
sebagai pembuat bakso & tempe, serta perannya sebagai kakak tertua. Satu
hal lagi yang saya salutkan, adalah kata-katanya yang santun dan tidak
menggurui. Menjadikan novel ini sangat layak di baca semua kalangan.
0 komentar:
Posting Komentar