Pages

Rabu, 13 Februari 2013

sosok guru jakarta

Guru adalah teladan bagi murid-muridnya. Guru yang baik tidak hanya mengajar di kelas, tetapi membimbing murid-muridnya di luar sekolah. Saat teladan guru hilang, siswa sekolah pun menjadi beringas. Buntutnya, tawuran pun kerap terjadi.

"Banyak hal yang melatarbelakangi tawuran siswa. Salah satunya adalah akibat degradasi teladan guru-guru. Guru kini merasa tugasnya hanya mengajar di kelas. Sudah tidak ada lagi figur guru yang mendidik dan memberi teladan para siswanya," ujar Sosiolog Musni Umar kepada detikcom, Senin (20/9/2011) malam.

Musni menyayangkan hal ini. Menurutnya, di Jabodetabek, guru-guru sekolah negeri digaji dengan layak. Selain gaji sebagai PNS, ada tunjangan dari Dinas Pendidikan. Masih ditambah lagi pendapatan lain dari penjualan buku, atau tunjangan lain dari internal sekolah.

"Sayang meningkatnya kesejahteraan itu tidak diikuti dengan semakin tingginya rasa kepedulian pada siswanya," jelas Musni yang pernah menjadi Ketua Komite Sekolah SMAN 70 Jakarta ini.

Selain karena faktor guru, Musni menilai penyebab tawuran adalah karena budaya nongkrong yang kerap dilakukan siswa sepulang sekolah. Karena tidak ada aktivitas berarti, maka mereka melampiaskan waktu luangnya dengan tawuran.

"Sudah jadi tradisi pula, senior mengajarkan tawuran pada juniornya. Hal ini yang harus mendapat sanksi tegas. Agar hal ini berhenti, tidak menjadi tradisi lagi," tegasnya.

Musni berharap wali kelas, guru piket, dan satpam selalu berkoordinasi dengan aparat kepolisian. Diharapkan mereka selalu memantau aktivitas siswa setelah pulang sekolah. Dengan demikian tawuran atau aktivitas negatif siswa bisa dicegah.


0 komentar:

Posting Komentar