Pages

Kamis, 20 September 2012

ANALISIS BAHAN PUSTAKA

Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 1
KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA
Oleh: Gatot Subrata, S.Kom
Abstrak: Sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC)
adalah sistem klasifikasi fundamental yang mengelompokkan
bahan pustaka berdasarkan subyek atau pokok bahasan. Sistem
pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab
sebagai simbol notasinya. Tiga komponen penting dalam klasifikasi
ini adalah bagan (schedules), indeks relatif dan tabel-tabel. Dalam
penggunaan bagan dalam klasifikasi ini ada beberapa istilah
penting yang perlu dipahami seperti summary, formerly also, class
here, relocated to, centered heading, optional number, prefer, if
prefered, see, add to, dan sebaginya.
Kata kunci: Sistem Klasifikasi DDC, pengolahan bahan pustaka


A. PENDAHULUAN
Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin
'"classis". Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas
yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan
bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan
sistematis. Towa P. Hmakotrda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi
adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau
benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Kalau kita simak dalam kehidupan sehari-hari klasifikasi sudah banyak dilakukan oleh
manusia. Seperti di supermarket, di pasar, di toko buku, pedagang yang mengempokkan
barang dagangannya yang sejenis dalam satu kelompok yang sama. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan pembeli dalam memilih kebutuhan yang diperlukan.
Dalam bidang perpustakaan pengertian klasifikasi adalah penyusunan sistematis
terhadap buku dan bahan pustaka lain, atau katalog, atau entri indeks berdasarkan subyek,
dalam cara yang berguna bagi mereka yang membaca atau mencari informasi (Sulistyo-
Basuki: 1991). Dari pengertian ini klasifikasi mempunyai fungsi yaitu: sebagai tata
penyusunan buku di jajaran rak, serta sebagai sarana penyusunan entri bibliografis pada
katalog, bibliografi dan indeks dalam tata susunan yang sistematis.
Sebagai sarana penyusunan buku di jajaran (rak), klasifikasi mempunyai dua
keuntungan, yaitu:
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 2
(a) membantu pemakai jasa perpustakaan mengidentifikasi dan melokalisasi bahan
pustaka berdasarkan nomor panggil dokumen.
(b) mengelompokkan bahan pustaka sejenis menjadi satu jajaran atau berdekatan.
Dua keuntungan tersebut sangat dimungkinkan karena dalam penentuan klas,
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan subyek atau cakupan bidang ilmu dari
suatu bahan pustaka.
Tujuan klasifikasi adalah untuk mengorganisasikan bahan pustaka dengan sistem
tertentu sehingga mudah diketemukan dan dikembalikan pada tempat penyimpanan.
Adapun tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
(a) menghasilkan urutan yang berguna
tujuan utama klasifikasi adalah menghasilkan urutan atau susunan bahan pustaka yang
berguna bagi staf perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan.
(b) penempatan yang tepat
Bila bahan pustaka diperlukan pemakai, pustaka yang diinginkan mudah diketemukan
serta mudah dikembalikan oleh petugas ke tempat yang pasti sesuai dengan sistem
klasifikasi yang digunakan.
(c) penyusunan mekanis
Bahan pustaka baru mudah disisipkan di antara bahan pustaka yang sudah dimiliki.
Demikian pula penarikan bahan pustaka (karena dipinjam) tidak akan mengganggu
susunan bahan pustaka di jajaran.
B. SISTEM KLASIFIKASI
Ada beberapa sistem klasifikasi, diantaranya adalah:
1. Klasifikasi Artifisial
Sistem ini adalah mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat
lainnya, misalnya pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya,
misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.
2. Klasifikasi Utility
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya.
Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa di
sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengan
koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya)
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 3
3. Klasifikasi Fundamental
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan
yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan sistem ini
mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
• bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.
• Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki
dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.
• Menudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.
• Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
• Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.
Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil.
Dalam sistem tersebut buku dikelompokkan berdasarkan subyek, sehingga memudahkan
pemakai dalam menelusur suatu informasi. Yang termasuk klasifikasi fundamental adalah
Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).
DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya.
Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab sebagai
simbol notasinya.
1. Sejarah DDC
Klasifikasi Persepuluhan Dewey (disingkat DDC) karya Melvil Dewey. Nama
lengkapnya Melville Louis Kassuth Dewey (1851-1931).
Pada 1874 Dewey sebagai pustakawan di Amhers College, Massachuseetts, Tahun
1876 ia menerbitkan DDC edisi pertama dengan judul “A classification and subject index
for a library”. Terbit pertama kali hanya sebanyak 42 halaman yang berisi 12 halaman
pendahuluan, 12 halaman bagan dan 18 halaman indeks. Sejak edisi pertama diterbitkan,
DDC terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak subyek-subyek
baru yang ditambahkan. Adakalanya notasi mengalami perluasan dan perubahan lokasi
karena perkembangan subyek tersebut. Kelestarian DDC sampai dapat mencapai umur
lebih seabad dan banyak pemakainya di dunia, disebabkan karena DDC secara berkala
ditinjau kembali dan diterbitkan edisi barunya. Lembaga yang mengawasi dan mendukung
penerbitan DDC ialah “The Lake Placed Education Foundation” dan “The Library of
Congress” di Amerika Serikat sarana komunikasi diterbitkan “Decimal Classification,
adition, notes, decisions” (disingkat DC).
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 4
DDC terbit dalam 2 edisi/versi yaitu edisi lengkap dan ringkas. Edisi ringkas
dimaksudkan untuk digunakan di perpustakaan yang memiliki koleksi di bawah 20.000
judul. Edisi ringkas ini yang paling banyak digunakan oleh Perpustakaan Sekolah dan
Umum yang koleksinya masih terbatas.
DDC telah digunakan oleh sekitar 135 negara dan diterjemahkan lebih dari 30
bahasa, termasuk dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Terjemahan Ringkasan
Klasifikasi Desimal Dewey dan Indeks Relatif”.
2. Komponen-komponen DDC
Dalam klasifikasi Persepuluhan Dewey ini terdapat 3 komponen, yaitu Bagan,
indeks Relatif, dan Tabel-tabel. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada uraian
berikut ini.
a. Bagan (Schedules)
Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip
“desimal” untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi ke
dalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka (selanjutnya disebut notasi). Seperti
telah dijelaskan pada halaman sebelumnya. Dalam DDC ini semakin khusus suatu subyek,
semakin panjang notasinya. Karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya.
Pembagiannya dari umum ke khusus.
Ada beberapa istilah penting dalam bagan, seperti:
1) Summary, yaitu tajuk yang agak terbatas pembagiannya.
Contoh dalam subyek Insecta (insecta) 595.7 terdapat “summary”. Pembagian yang
lebih rinci untuk masing-masing tajuk yang terdapat dalam ‘summary’ tersebut
diperinci lebih lanjut dalam bagan (lihat bagan hal.925)
2) Formerly also
Istilah ini terdapat dalam kurung siku, yang artinya menunjukkan bahwa subyek
tersebut notasinya dulu pada .... Misal, pada notasi 297.211 terdapat subyek “Tawhid”
[formerly also 297.14]. ini berarti dulu notasinya pada 297.14 tetapi sekarang pada
297.211 (lihat bagan hal. 229). Istilah Formerly pada prinsipnya sama dengan Istilah
formerly also. Ini berarti terdapat pemindahan lokasi notasi untuk subyek dimaksud.
Contoh notasi 003.52 Perception theory [formerly 001.534].
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 5
3) Class here
Merupakan instruksi yang berarti tempatkan di sini. Hal ini sebagai penuntun untuk
menentukan notasi suatu subyek yang mungkin tidak diduga berada di bawah tajuk
tersebut. Contoh “advertising and public relations” mendapat notasi 659. Di bawahnya
diikuti dengan istilah ‘class here publicity’, ini berarti karya tentang ‘publicity’
ditempatkan sama pada subyek Advertising and public relation (lihat bagan hal. 352).
4) Relocated to
DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan terdapat
perubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk suatu subyek sangat besar
sekali. Relokasi ini dinyatakan dengan petunjuk formely also dan formerly yang
notasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku. Contoh 729[.9] Built-in church
furniture. Kemudian diikuti dengan instruksi Relocated to 726.529, ini berarti notasi
729.9 untuk subyek ‘built-in church furniture’ sekarang sudah tidak digunakan lagi dan
dipindahkan pada notasi 726.529 (lihat bagan hal.484).
5) Centered heading
Adakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka dinyatakan
dalam sederetan notasi. Contoh untuk menyatakan subyek ‘Biography of specific
classes of perseons’ dalam bagan dinyatakan pada notasi 920.1-929.9. Pada kasus
seperti ini akan terdapat tanda segitiga(>) mendahului notasi tersebut, (lihat bagan hal.
703).
6) Optional number, prefer.
Merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh DDC. Contoh untuk konsep
‘riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu’, DDC menyarankan agar
ditempatkan pada subyeknya dengan menambahkan notasi ‘subdivisi standard’ -092
dari tabel 1 (lihat ............. 702).
7) If prefered
Istilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila menghendaki dapat memilih
salah satu alternatif. Contoh untuk konsep ‘bibliografi subyek’ notasinya 016. Bila
pemakai DDC menghendaki, dapat menempatkan bibliografi tersebut pada subyeknya.
Misal ‘Bibliografi kedokteran’ pada notasi 016.61, tetapi pemakai DDC dapat juga
menempatkan pada notasi 610.61 (lihat bagan hal. 32).
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 6
8) Acuan “see”
Merupakan penuntun untuk mempertimbangkan notasi lain. Contoh subyek ‘rubber’
mendapat notasi 678.2, sedang untuk subyek ‘rubber products’ see 678.3 (lihat bagan
hal. 413)
9) Instruksi “Add to”
Instruksi ini menyuruh untuk memperluas notasi suatu subyek dengan mengambil
pembagian dari subyek lain. Biasanya pada instruksi ini terdapat contohnya. Misal pada
notasi 025.218 ‘Collection development ini specific types of institutions’ diikuti dengan
perintah Add to base number 025.218 the number following 02 in 026-027. Contoh
Pengembangan koleksi di perputakaan perguruan tinggi 025.21877. Notasi 77
diambilkan dari notasi subyek ‘college and university library’ 027.7. Bila notasi tersebut
diperinci adalah sebagai berikut: 025.218 notasi dasar ‘Collection development in
specific types of institutions’. 027.7 Collection development in academic libraries’
(lihat bagan hal. 41).
10) Dan lainnya
b. Indeks Relatif (Relative Index)
Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat ‘Indeks
Relatif’. Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilahistilah
tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar
sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lainnya. Bila suatu subyek
telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari subyek
yang bersangkutan. Cara yang paling cepat untuk menentukan notasi suatu subyek adalah
melalui indeks relatif. Tetapi menentukan notasi hanya melalui dan berdasarkan indeks
relatif saja tidak dapat dibenarkan. Setelah suatu subyek diperoleh notasinya dalam indeks
relatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan
demikian dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang
sedang diklasifikasikan.
c. Tabel-Tabel
Kecuali pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdaftar dalam bagan,
DDC juga mempunyai sarana lain. Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut, yaitu
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 7
dengan menyediakan sejumlah tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada tabeltabel
tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam
bagan. Dengan kata lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri,
selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan. Dalam klasifikasi DDC edisi 22 terdapat 7
tabel pembantu/pelengkap, yakni:
1) Tabel 1: Subdivisi Standar (Standard Subdivisions)
Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya dalam bagan, adakalanya perlu
dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan “bentuk” yang diambil dari notasi yang terdapat
dalam tabel 1 (standard subdivision, hal.3-24). Tabel 1 ini bertujuan untuk menjelaskan
bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi. -05 adalah bentuk
terbitan berkala atau majalah. Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian
intelektual, misal -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat filsafat dan teori, -09 sejarah
dan geografi.
Dalam bagan terdapat 5 cara untuk penggunaan tabel 1 ini, yakni:
a) Tidak ada instruksi
b) Terdapat dalam bagan (lengkap)
c) Terdaftar sebagian
d) Ada instruksi penggunaan dua nol (00)
e) Instruksi penggunaan tiga nol (000)
2) Tabel 2: Wilayah (Geographic Areas, Historical Periods, Persons)
Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), misal
“Angkatan Laut Indonesia”. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan notasi
wilayah “Indonesia” yang diambilkan dari Tabel 2. Cara penambahan tabel 2 ini aalah
sebagai berikut:
a) Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari Tabel 1).
b) Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa instruksi
from Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata ‘Geographical, treatment,
treatment by specific continents, countries”, dan sebagainya. Untuk geografi suatu
wilayah. Dalam bagan ini hanya untuk ‘geografi’ suatu wilayah. Misalnya “Geografi
Jepang, Geografi Indonesia” dan sebagainya. Cara pembentukannya, anka dasar
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 8
geografi suatu wilayah 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel
2.
3) Tabel 3: Subdivisi Sastra (Subdivision for Individual Literatur, for Specific Literary
Forms).
Dalam klas 800 (kesusasteraan)dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut
“subdivisi masing-masing sastra”. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi,
dan sebagainya. Notasi yang terdapat alam Tabel 3 ini hanya dapat ditambahkan pada
notasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu sastra yang berakhiran dengan angka 0 (nol),
notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja. Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820,
dan seterusnya. Cara penggunaan tabel 3 ini adalah:
a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
b) Tidak terdaftar dalam bagan
4) Tabel 4: Subdivisi bahasa (Subdivisions of Individual Languages)
Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “masing bahasa”
(Subdivisions of Individual Languages). Notasi yang terdapat dalam tabel 4 ini hanya
dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam klas 400. Bila notasi suatu bahasa
terdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi dasarnya hanya 2 angka pertama.
Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali 47- bukan 470. Cara
penambahan Tabel 4 ini:
a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
b) Belum terdaftar dalam bagan
c) Kamus dua bahasa. Urutan sitirannya dengan mengutamakan bahasa yang kurang
dikenal kemudian tambahkan -3 (dari Tabel 4), menyusul notasi bahasa yang lebih
dikenal
d) Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih
dimasukkan ke dalam kamus poliglot (polyglot dictionaries).
5) Tabel 5: Ras, Etnik, dan Kebangsaan (Racial, Ethnic, National Groups).
Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951 Chinese -
992.1 Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya, lalu tambahkan dengan
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 9
notasi di tabel 5, ini dilakukan bila dirasa perlu untuk memperluas subyek yang
bersangkutan.
Adapun cara penambahannya, adalah:
a) Ada perintah
b) Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari Tabel 1) kemudian cantumkan
notasi
6) Bahasa (Languages)
Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalam
bahasa Belanda. Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Cina, dan sebagainya. Terlebih
dahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Qur’an kemudian ditambahkan
dari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari Tabel 6. Cara penggunaan
Tabel 6 ini adalah:
a) Ada perintah
b) Tidak ada perintah. Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah di mana suatu bahasa sangat
dominan, dari Tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 ini. Contoh untuk
karya Bibel di Argentina dalam bahasa Spanyol (bahasa Spanyol sangat dominan di
Argentina) mendapat notasi 220.517661.
7) Orang (Groups of Persons).
Suatu subyek adakalanya perlu diperluas notasinya dengan kelompok orang
tertentu, misal ahli kimia, penyandang cacat, dan sebagainya. Untuk itu pada notasi subyek
yang bersangkutan dapat diperluas dengan menambahkan notasi yang terapat pada Tabel 7.
Penggunaan Tabel 7 ini adalah sebagai berikut:
a) Ditambahkan langsung
b) Tidak langsung. Tambahkan dengan notasi -088 yang diambil dari Tabel 1.
d. Tabel Perluasan Untuk Wilayah Indonesia
Perluasan dari Tabel Wilayah DDC, khusus yang berhubungan dengan wilayah
Indonesia (tabel 2). Buku-buku tentang Indonesia makin hari makin besar jumlahnya.
Kebutuhan untuk perluasan/penyesuaian notasi DDC untuk subyek Indonesia sangat
diperlukan, karena untuk membedakan daerah yang dibahas dalam subyek buku. Mengenai
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 10
ikhtisar pembagian daerah-daerah Indonesia kita menggunakan pedoman yang diterbitkan
oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan Jl. Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, yang disusun oleh
Sub Panitia Standarisasi Perpustakaan, Panitia Teknis Perpustakaan pada Tahun Buku
Internasional 1972, dengan judul “Perluasan dan Penyesuaian Notasi untuk Beberapa Seksi
dalam DDC khusus yang berhubungan dengan Indonesia”.
1) Koperasi di Kabupaten Blitar, Nomer klasnya ---- 334.95982471
Koperasi ------------------------- 334 (Bagan/Skema DDC)
Kab. Blitar ---------------------- 95982471
2) Kota Pasuruan dalam angka, Nomer klasnya ---- 315.95982482
Statistik ----------------------- 315 (Bagan/Skema DDC)
Kota Pasuruan --------------- 95982482
C. Analisis Subyek (subject analysis)
Analisis Subyek adalah suatu kegiatan menganalisa mengenai apa atau tentang apa
suatu dokumen (bahan pustaka). Kegiatan analisis subyek merupakan hal yang sangat
penting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena di sinilah ditentukan pada subyek
apa suatu dokumen ditempatkan. Bila salah atau keliru, akan menimbulkan kesulitan bagi
pemakai dalam mendapatkan informasi yang dicarinya. Oleh karena itu analisis ini harus
dikerjakan secara akurat dan taat-azas (konsisten). Untuk melaksanakan kegiatan analisis
subyek, pustakawan harus mengenal jenis konsep dan jenis subyek. Dalam makalah ini
tidak di bahas masalah analisis subyek, analisis subyek dibahas tersendiri dalam makalah
tajuk subyek.
D. Penggunaan DDC
Setiap petugas perpustakaan yang hendak menggunakan klasifikasi DDC atau
menggolongkan suatu bahan pustaka, perlu melalukan langkah-langkah ini, diantaranya:
• Pelajari pola umum bagan klasifikasi, seperti ringkasan pertama (10 kelas utama),
ringkasan kedua (divisi), ringkasan ketiga (seksi), dan seterusnya.
• Pelajari bagan lengkap secara teratur dan sistematis, agar memperoleh gambaran yang
lebih jelas.
• Pelajari tabel-tabel pembantu serta petunjuk penggunaannya.
• Pahami indeks relatif dan penyusunannya.
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 11
1. Prinsip Klasifikasi DDC
 Klasifikasikan bahan pustaka sesuai dengan maksud dan tujuan pengarangnya.
 Klasifikasikan pada subyek yang lebih spesifik, jangan pada subyek yang luas.
 Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek, tetapi bobot pembahasannya tidak seimbang
klasifikasikan pada subyek yang banyak dibahas.
 Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek dan keduanya memiliki nilai bobot yang
sama dalam pembahasannya, klasifikasikan pada subyek yang pertama diuraikan atau
dibahas. Misal “Pengantar sosiologi dan ekonomi”.
Rangkuman : Sosiologi / ekonomi
Sosiologi : Disiplin ilmu
Ekonomi : Disiplin ilmu
maka subyek yang diutamakan adalah sosiologi, karena yang pertama dibahas.
 Apabila menemukan bahan pustaka yang membahas 3 subyek atau lebih, maka
klasifikasikan pada subyek yang lebih luas. Misal “Pelajaran matematika, Kimia, dan
Fisika” klasifikasikan pada nomor 500 (eksakta).
 Bila menemukan suatu bahan pustaka yang subyeknya belum atau tidak terdapat nomor
klasifikasinya, maka klasifikasikan pada nomor yang paling dekat dengan subyek itu
dan tidak diperkenankan membuat nomor baru sendiri.
2. Prosedur penentuan notasi
Setiap bagan klasifikasi menggunakan sistem simbol untuk menetapkan kelas.
Simbol yang berfungsi untuk menunjukkan subyek serta hubungan antar subyek disebut
dengan notasi. Biasanya notasi berupa angka atau huruf atau gabungan keduanya yaitu
angka dan huruf. Contohnya, klasifikasi Persepuluhan Dewey menggunakan angka arab.
Sedangkan Library of Congres Classification menggunakan kombinasi antara huruf dan
angka. Notasi yang menggunakan gabungan, antara angka dan huruf disebut notasi
campuran. Notasi haruslah bersifat hirarkis karena harus mencerminkan urutan struktural
sebuah klasifikasi.
Dengan sifat herarkis sistem notasi dapat dikembangkan sampai detail sesuai
dengan struktur hirarkis suatu disiplin ilmu. Dengan demikian setiap hirarki disiplin ilmu
dapat diambil notasinya dalam bagan klasifikasi.
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 12
Pemilihan nomor klasifikasi yang tepat hendaknya dilakukan melalui indeks relatif
karena dalam indeks tersebut memuat aspek-aspek lengkap yang dimiliki subyek.
Kemudian diadakan pengecekan pada bagan. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan tabeltabel
pembantu untuk memperluas notasinya.
Pemilihan notasi dapat dilakukan melalui indeks atau langsung pada bagan, untuk itu
perhatikan uraian berikut ini.
a. Melalui indeks relatif
Indeks relatif adalah sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspek yang disusun
secara sismatis berikut notasinya untuk memudahkan menentukan tajuk yang tercantum
dalam indeks yang tersebar dalam bagan maupun pada tabel-tabel pembantu, langkahlangkahnya:
 Tentukan subyek bahan pustaka yang hendak diproses melalui analisis subyek.
 Carilah subyek itu, berikut aspek-aspeknya dalam indeks.
 Bila aspek yang dianggap tepat ditemukan, periksa bagan lengkap untuk melihat dan
menguji kebenarannya.
 Teliti tajuk untuk nomor itu, yang memungkinkan ada keterangan dalam bagan.
b. Melalui bagan
Bagan atau schedule adalah serangkaian bilangan (nomor kelas) yang disusun
menurut prinsip-prinsip DDC dan memuat semua subyek ilmu pengetahuan secara
universal. Secara umum Melvin Dewey membagi ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama.
Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 sub divisi yang disebut seksi. Begitu
seterusnya. Pemilihan notasi langsung pada bagan ini langkah-langkahnya:
 Tentukan subyek bahan pustaka melalui proses analisis.
 Tentukan disiplin ilmunya untuk memudahkan penelusuran selanjutnya.
 Golongkan subyek tersebut pada kelas utama.
 Periksalah seksi dan subseksinya sampai diperoleh notasi yang tepat.
E. PENUTUP
Mengklasifikasi bahan pustaka dengan menggunakan Skema klasifikasi
Persepuluhan Dewey (DDC), perlu pemahaman komponen-komponen yang ada pada
sistem ini. Jika dapat melakukan analisis subyek dengan tepat sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh penulis suatu bahan pustaka, dan dapat mengikuti petunjuk yang ada
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 13
pada bagan klasifikasi diharapkan dapat memperoleh subyek yang tepat dan dapat
mendapatkan notasi yang tepat. Sehingga penempatan bahan pustaka di rak jajaran pada
posisi yang benar dan proses penelusuran atau pencarian informasi mudah dilakukan
dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah.Jakarta: Gramedia
Widasarana Indonesia.
Dewey, Melvil. 2003. Decimal Classification and Relatif Index, 22th ed.Vol.1-Vol.4.
Dublin, Ohio : OCLC Online Computer Library Center, Inc.
Hamakonda, Towa dan J.N.B. Tairas. 2002. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.
Jakarta: BPK Gunung Mulya,
Juhaeri. 2002. Klasifikasi. Surabaya: Badan Perpustakaan. Makalah disampikan dalam
Pendidikan dan Pelatihan Penyetaraan Perpustakaan.
Miswan. 2003. Klasifikasi dan Katalogisasi: Sebuah Pengantar. Makalah disampaikan
pada “Workshop Perpustakaan dan Kearsipan” di STAIN Purwokerto pada
tanggal 17 Juli 2003.
Perpustakaan Nasional RI. [S. a.]. Klasifikasi dan Tajuk Subyek Modul 3: Klasifikasi
bahan pustaka. http://pusdiklat.pnri.go.id/elearning/klasifikasi/frameset03.html.
Download 12 Mei 2006
Perpustakaan Nasional RI. 1994. Terjemahan Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey dan
Indeks Relatif: Disesuaikan dengan DDC 20. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Somadikarta, Lili K. 1991. Dasar-dasar Analisis Subyek untuk Pengindeksan Subyek
Dokumen. Jakarta: JIP-FSUI. (Merupakan saduran dari buku An introduction to
subject indexing: a programmed text/ by A.G. Brown. London, 1976. Vol. 1,
section 1 & 2)
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumantri, M.T. 2004. Panduan Penyelengaaan Perpustakaan Sekolah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yusup, Pawit M. 2002. Pengantar Klasifikasi Dasar dengan pendekatan teoritis praktis.
Jatinangor: PSIP-FIK Universitas Padjadjaran.
Yusup, Pawit M. dan Yaya Suhendar. 2002. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah. Jakarta: Media Prenada Media Group.
Zen, Zulfikar. 1989. Buku Kerja Dewey Decimal Classification. Jakarta: JIP-FSUI

0 komentar:

Posting Komentar