Pages

Kamis, 20 September 2012

ARTI PERPUSTAKAAN

Arti lain:: Perpustakaan (ilmu komputer), Perpustakaan (biologi)
Perpustakaan modern
Dalam arti tradisional, perpustakaan adalah sebuah koleksi buku dan majalah. Walaupun dapat diartikan sebagai koleksi pribadi perseorangan, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang rata-rata tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri.
Tetapi, dengan koleksi dan penemuan media baru selain buku untuk menyimpan informasi, banyak perpustakaan kini juga merupakan tempat penimpanan dan/atau akses ke map, cetak atau hasil seni lainnya, mikrofilm, mikrofiche, tape audio, CD, LP, tape video dan DVD, dan menyediakan fasilitas umum untuk mengakses gudang data CD-ROM dan internet.
Perpustakaan dapat juga diartikan sebagai kumpulan informasi yang bersifat ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, dan ibadah yang merupakan kebutuhan hakiki manusia.
Oleh karena itu perpustakaan modern telah didefinisikan kembali sebagai tempat untuk mengakses informasi dalam format apa pun, apakah informasi itu disimpan dalam gedung perpustakaan tersebut atau tidak. Dalam perpustakaan modern ini selain kumpulan buku tercetak, sebagian buku dan koleksinya ada dalam perpustakaan digital (dalam bentuk data yang bisa diakses lewat jaringan komputer).

Daftar isi

 [sembunyikan

[sunting] Peran Perpustakaan

Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkattkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisasi secara baik dan sisitematis, secara langsung atau pun tidak langsung dapat memberikan kemudahan bagi proses belajar mengajar di sekolah tempat perpustakaan tersebut berada. Hal ini, terkait dengan kemajuan bidang pendidikan dan dengan adanya perbaikan metode belajar-mengajar yang dirasakan tidak bisa dipisahkan dari masalah penyediaan fasilitas dan sarana pendidikan.[1]

[sunting] Tujuan perpustakaan

Tujuan perpustakaan adalah untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dengan dorongan melelui jasa pelayanan perpustakaan agar mereka:
  • Dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesimbungan
  • Dapat tanggap dalam kemajuan pada berbagai lapangan ilmu pengetahuan, kehidupan sosial dan politik
  • Dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi anggota keluarga dan masyarakat yang lebih baik
  • Dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, membina rohani dan dapat menggunakan kemempuannya untuk dapat menghargai hasil seni dan budaya manusia
  • Dapat meningkatkan tarap kehidupan sehari-hari dan lapangan pekerjaannya
  • Dapat menjadi warga negara yang baik dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional dan dalam membina saling pengertian antar bangsa
  • Dapat menggunakan waktu senggang dengan baik yang bermanfaat bagi kehidupan pribadi dan sosial.[2]

[sunting] Periodisasi perpustakaan indonesia

Perpustakaan merupakan perantara masyarakat. oleh karena itu, perkembangan perpustakaan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat. Perkembangan masyarakat tercermin dalam sejarah masyarakat, kadang-kadang dalam sejarah negara. Dengan demikian,sejarah perpustakaan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah Indonesia. Sejarah Indonesia dapat di bagi menjadi beberapa periode berikut :
Pada pembagian di atas, tahun 1950 merupakan awal ancangan karena pada waktu itu pemerintah RI mulai menyebarkan perpustakaan, khususnya perpustakaan umum dengan nama taman perpustakaan rakjat ke seluruh indonesia. Perkembangan perpustakaan umum yang mula.mula menggembirakan itu akhirnya berakhir tragis dengan runtuhnya berbagai taman pustaka rakjat yang didirikan pada tahun 1950-an. Tonggak kebangkitan dimulai pada tahun 1969, dengan pembangunan lima tahun (pelita) pertama. Saat itu, kegiatan perpustakaan tercakup di dalam rencana pembangunan hingga sekarang.[3]

[sunting] Fungsi perpustakaan nasional

Berdasarkan ketentuan peraturan tahun 1980, maka tugah pokok perpustakaan nasional Republik Indonesia adalah menyelenggarakan pengumpulan, penyimpanan, serta pelestarian terbitan Indonesia sebagai khazanah kebudayaan serta menjamin pemeliharaan terbitan Indonesia. Untuk melaksanakan tugas tersebut, cakupan fugsi perpustakaan nasional adalah sebagai berikut :
  • Mengumpulkan, mengatur, dan menyediakan hasil karya tulisan yang di terbitkan di Indonesia.
  • Menjadi perpustakan deposit dari terbitan indonesia, baik terbitan pemerintah maupun swasta.
  • Mengumpulkan, mengatur, dan menyediakan terbitan pbb dan negara lain, khususnya dari kawasan ASEAN.
  • Menentukan setandar dari sistem, organisasi, pelayanan, dan mutu koleksi perpustakaan di Indonesia.
  • Menyelenggarakan kursus tingkat nasional bagi pegawai perpustakaan.
  • Memprakarsai kerjasama dengan lembaga di luar negri, misalnya dalam pertukaran publikasi, peminjaman antar perpustakaan, penyusun bibliografi, dan pembuatan microfilm.
  • Menyusun dan menerbitkan bibliografi nasional.
  • Dan menyusun catalog induk.[4]

[sunting] Hubungan perpustakaan dengan bacaan

Perpustakaan dan bahan bacaan adalah dua kata yang saling bertautan. Karena di perpustakaanlah bahan pustaka dikumpulkan, diproses, dan disebarluaskan (didistribusikan) kepada para pembaca/pemakai perpustakaan . Adapun koleksi perpustakaan di negara kita sebagian besar berupa buku atau book material dan masih jarang perpustakaan yang memiliki koleksi berupa non-book material seperti film, kaset film strip, slides, piringan hitam, peta, globe, dan sebagainya.[5]

[sunting] Model pelayanan perpustakaan

Ada empat model pelayanan perpustakaan:
  • Koleksi perpustakaan ada pada kampus cabang.
  • Berpusat pada layanan pinjam antar perpustakaan, resource sharing, dan mahasiswa dapat menggunakan perpustakaan afiliasi.
  • Pengiriman materi dari instuasi induk kepada para mahasiswa
  • Berhubungan dengan penggunaan teknologi untuk mengakses sumber-sumber informasi elektronik.[6]

[sunting] Referensi

  1. ^ Sinaga, Dian Mengelola Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Kreasi Media Utama, 2007) hlm. 15
  2. ^ Muchyidin, Suherlan. Mihardja, Iwa D Sasmita Perpustakaan (Bandung: PT Puri Pustaka 2008) hlm 41,42
  3. ^ Sulistyo. Basuki Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994) hlm. 6,7
  4. ^ Sulistyo. Basuki Periodisasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994)hlm. 24
  5. ^ Sumpeno, Wahyudin Perpustakaan Mesjid (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994) hlm. 8
  6. ^ Buxbaum, ahari Library Services (Jakarta: Murni Kencana 2004) Hlm. 12

ANALISIS BAHAN PUSTAKA

Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 1
KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA
Oleh: Gatot Subrata, S.Kom
Abstrak: Sistem klasifikasi Dewey Decimal Classification (DDC)
adalah sistem klasifikasi fundamental yang mengelompokkan
bahan pustaka berdasarkan subyek atau pokok bahasan. Sistem
pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab
sebagai simbol notasinya. Tiga komponen penting dalam klasifikasi
ini adalah bagan (schedules), indeks relatif dan tabel-tabel. Dalam
penggunaan bagan dalam klasifikasi ini ada beberapa istilah
penting yang perlu dipahami seperti summary, formerly also, class
here, relocated to, centered heading, optional number, prefer, if
prefered, see, add to, dan sebaginya.
Kata kunci: Sistem Klasifikasi DDC, pengolahan bahan pustaka


A. PENDAHULUAN
Sulistyo Basuki (1991) mengatakan bahwa klasifikasi berasal dari kata Latin
'"classis". Klasifikasi adalah proses pengelompokan, artinya mengumpulkan benda/entitas
yang sama serta memisahkan benda/entitas yang tidak sama. Secara umum dapat dikatakan
bahwa batasan klasifikasi adalah usaha menata alam pengetahuan ke dalam tata urutan
sistematis. Towa P. Hmakotrda dan J.N.B. Tairas (1995) mengatakan bahwa klasifikasi
adalah pengelompokan yang sistematis daripada sejumlah obyek, gagasan, buku atau
benda-benda lain ke dalam kelas atau golongan tertentu berdasarkan ciri-ciri yang sama.
Kalau kita simak dalam kehidupan sehari-hari klasifikasi sudah banyak dilakukan oleh
manusia. Seperti di supermarket, di pasar, di toko buku, pedagang yang mengempokkan
barang dagangannya yang sejenis dalam satu kelompok yang sama. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan pembeli dalam memilih kebutuhan yang diperlukan.
Dalam bidang perpustakaan pengertian klasifikasi adalah penyusunan sistematis
terhadap buku dan bahan pustaka lain, atau katalog, atau entri indeks berdasarkan subyek,
dalam cara yang berguna bagi mereka yang membaca atau mencari informasi (Sulistyo-
Basuki: 1991). Dari pengertian ini klasifikasi mempunyai fungsi yaitu: sebagai tata
penyusunan buku di jajaran rak, serta sebagai sarana penyusunan entri bibliografis pada
katalog, bibliografi dan indeks dalam tata susunan yang sistematis.
Sebagai sarana penyusunan buku di jajaran (rak), klasifikasi mempunyai dua
keuntungan, yaitu:
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 2
(a) membantu pemakai jasa perpustakaan mengidentifikasi dan melokalisasi bahan
pustaka berdasarkan nomor panggil dokumen.
(b) mengelompokkan bahan pustaka sejenis menjadi satu jajaran atau berdekatan.
Dua keuntungan tersebut sangat dimungkinkan karena dalam penentuan klas,
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan subyek atau cakupan bidang ilmu dari
suatu bahan pustaka.
Tujuan klasifikasi adalah untuk mengorganisasikan bahan pustaka dengan sistem
tertentu sehingga mudah diketemukan dan dikembalikan pada tempat penyimpanan.
Adapun tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
(a) menghasilkan urutan yang berguna
tujuan utama klasifikasi adalah menghasilkan urutan atau susunan bahan pustaka yang
berguna bagi staf perpustakaan maupun bagi pemakai perpustakaan.
(b) penempatan yang tepat
Bila bahan pustaka diperlukan pemakai, pustaka yang diinginkan mudah diketemukan
serta mudah dikembalikan oleh petugas ke tempat yang pasti sesuai dengan sistem
klasifikasi yang digunakan.
(c) penyusunan mekanis
Bahan pustaka baru mudah disisipkan di antara bahan pustaka yang sudah dimiliki.
Demikian pula penarikan bahan pustaka (karena dipinjam) tidak akan mengganggu
susunan bahan pustaka di jajaran.
B. SISTEM KLASIFIKASI
Ada beberapa sistem klasifikasi, diantaranya adalah:
1. Klasifikasi Artifisial
Sistem ini adalah mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan ciri atau sifat-sifat
lainnya, misalnya pengelompokan menurut pengarang, atau berdasarkan ciri fisiknya,
misalnya ukuran, warna sampul, dan sebagainya.
2. Klasifikasi Utility
Pengelompokan bahan pustaka dibedakan berdasarkan kegunaan dan jenisnya.
Misal, buku bacaan anak dibedakan dengan bacaan dewasa. Buku pegangan siswa di
sekolah dibedakan dengan buku pegangan guru. Buku koleksi referens dibedakan dengan
koleksi sirkulasi (berdasar kegunaannya)
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 3
3. Klasifikasi Fundamental
Pengelompokan bahan pustaka berdasarkan ciri subyek atau isi pokok persoalan
yang dibahas dalam suatu buku. Pengelompokkan bahan pustaka berdasarkan sistem ini
mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
• bahan pustaka yang subyeknya sama atau hampir sama, letaknya berdekatan.
• Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menilai koleksi yang dimiliki
dengan melihat subyek mana yang lemah dan mana yang kuat.
• Menudahkan pemakai dalam menelusur informasi menurut subyeknya.
• Memudahkan pembuatan bibliografi menurut pokok masalah.
• Untuk membantu penyiangan atau weeding koleksi.
Klasifikasi fundamental banyak digunakan oleh perpustakaan besar maupun kecil.
Dalam sistem tersebut buku dikelompokkan berdasarkan subyek, sehingga memudahkan
pemakai dalam menelusur suatu informasi. Yang termasuk klasifikasi fundamental adalah
Klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification).
DDC merupakan sistem klasifikasi yang populer dan paling banyak pemakainya.
Klasifikasi ini dalam pengembangannya menggunakan sistem desimal angka arab sebagai
simbol notasinya.
1. Sejarah DDC
Klasifikasi Persepuluhan Dewey (disingkat DDC) karya Melvil Dewey. Nama
lengkapnya Melville Louis Kassuth Dewey (1851-1931).
Pada 1874 Dewey sebagai pustakawan di Amhers College, Massachuseetts, Tahun
1876 ia menerbitkan DDC edisi pertama dengan judul “A classification and subject index
for a library”. Terbit pertama kali hanya sebanyak 42 halaman yang berisi 12 halaman
pendahuluan, 12 halaman bagan dan 18 halaman indeks. Sejak edisi pertama diterbitkan,
DDC terus menerus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Banyak subyek-subyek
baru yang ditambahkan. Adakalanya notasi mengalami perluasan dan perubahan lokasi
karena perkembangan subyek tersebut. Kelestarian DDC sampai dapat mencapai umur
lebih seabad dan banyak pemakainya di dunia, disebabkan karena DDC secara berkala
ditinjau kembali dan diterbitkan edisi barunya. Lembaga yang mengawasi dan mendukung
penerbitan DDC ialah “The Lake Placed Education Foundation” dan “The Library of
Congress” di Amerika Serikat sarana komunikasi diterbitkan “Decimal Classification,
adition, notes, decisions” (disingkat DC).
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 4
DDC terbit dalam 2 edisi/versi yaitu edisi lengkap dan ringkas. Edisi ringkas
dimaksudkan untuk digunakan di perpustakaan yang memiliki koleksi di bawah 20.000
judul. Edisi ringkas ini yang paling banyak digunakan oleh Perpustakaan Sekolah dan
Umum yang koleksinya masih terbatas.
DDC telah digunakan oleh sekitar 135 negara dan diterjemahkan lebih dari 30
bahasa, termasuk dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Terjemahan Ringkasan
Klasifikasi Desimal Dewey dan Indeks Relatif”.
2. Komponen-komponen DDC
Dalam klasifikasi Persepuluhan Dewey ini terdapat 3 komponen, yaitu Bagan,
indeks Relatif, dan Tabel-tabel. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada uraian
berikut ini.
a. Bagan (Schedules)
Klasifikasi Dewey adalah bagan klasifikasi sistem hirarki yang menganut prinsip
“desimal” untuk membagi semua bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibagi ke
dalam 9 kelas utama, yang diberi kode/lambang angka (selanjutnya disebut notasi). Seperti
telah dijelaskan pada halaman sebelumnya. Dalam DDC ini semakin khusus suatu subyek,
semakin panjang notasinya. Karena banyak angka yang ditambahkan pada notasi dasarnya.
Pembagiannya dari umum ke khusus.
Ada beberapa istilah penting dalam bagan, seperti:
1) Summary, yaitu tajuk yang agak terbatas pembagiannya.
Contoh dalam subyek Insecta (insecta) 595.7 terdapat “summary”. Pembagian yang
lebih rinci untuk masing-masing tajuk yang terdapat dalam ‘summary’ tersebut
diperinci lebih lanjut dalam bagan (lihat bagan hal.925)
2) Formerly also
Istilah ini terdapat dalam kurung siku, yang artinya menunjukkan bahwa subyek
tersebut notasinya dulu pada .... Misal, pada notasi 297.211 terdapat subyek “Tawhid”
[formerly also 297.14]. ini berarti dulu notasinya pada 297.14 tetapi sekarang pada
297.211 (lihat bagan hal. 229). Istilah Formerly pada prinsipnya sama dengan Istilah
formerly also. Ini berarti terdapat pemindahan lokasi notasi untuk subyek dimaksud.
Contoh notasi 003.52 Perception theory [formerly 001.534].
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 5
3) Class here
Merupakan instruksi yang berarti tempatkan di sini. Hal ini sebagai penuntun untuk
menentukan notasi suatu subyek yang mungkin tidak diduga berada di bawah tajuk
tersebut. Contoh “advertising and public relations” mendapat notasi 659. Di bawahnya
diikuti dengan istilah ‘class here publicity’, ini berarti karya tentang ‘publicity’
ditempatkan sama pada subyek Advertising and public relation (lihat bagan hal. 352).
4) Relocated to
DDC selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, maka kemungkinan terdapat
perubahan-perubahan dalam menempatkan notasi untuk suatu subyek sangat besar
sekali. Relokasi ini dinyatakan dengan petunjuk formely also dan formerly yang
notasinya ditempatkan dalam tanda kurung siku. Contoh 729[.9] Built-in church
furniture. Kemudian diikuti dengan instruksi Relocated to 726.529, ini berarti notasi
729.9 untuk subyek ‘built-in church furniture’ sekarang sudah tidak digunakan lagi dan
dipindahkan pada notasi 726.529 (lihat bagan hal.484).
5) Centered heading
Adakalanya suatu konsep tidak bisa dinyatakan dalam satu notasi, maka dinyatakan
dalam sederetan notasi. Contoh untuk menyatakan subyek ‘Biography of specific
classes of perseons’ dalam bagan dinyatakan pada notasi 920.1-929.9. Pada kasus
seperti ini akan terdapat tanda segitiga(>) mendahului notasi tersebut, (lihat bagan hal.
703).
6) Optional number, prefer.
Merupakan pilihan atau alternatif yang dikehendaki oleh DDC. Contoh untuk konsep
‘riwayat hidup para ahli dalam disiplin ilmu tertentu’, DDC menyarankan agar
ditempatkan pada subyeknya dengan menambahkan notasi ‘subdivisi standard’ -092
dari tabel 1 (lihat ............. 702).
7) If prefered
Istilah ini merupakan penuntun bagi pemakai DDC bila menghendaki dapat memilih
salah satu alternatif. Contoh untuk konsep ‘bibliografi subyek’ notasinya 016. Bila
pemakai DDC menghendaki, dapat menempatkan bibliografi tersebut pada subyeknya.
Misal ‘Bibliografi kedokteran’ pada notasi 016.61, tetapi pemakai DDC dapat juga
menempatkan pada notasi 610.61 (lihat bagan hal. 32).
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 6
8) Acuan “see”
Merupakan penuntun untuk mempertimbangkan notasi lain. Contoh subyek ‘rubber’
mendapat notasi 678.2, sedang untuk subyek ‘rubber products’ see 678.3 (lihat bagan
hal. 413)
9) Instruksi “Add to”
Instruksi ini menyuruh untuk memperluas notasi suatu subyek dengan mengambil
pembagian dari subyek lain. Biasanya pada instruksi ini terdapat contohnya. Misal pada
notasi 025.218 ‘Collection development ini specific types of institutions’ diikuti dengan
perintah Add to base number 025.218 the number following 02 in 026-027. Contoh
Pengembangan koleksi di perputakaan perguruan tinggi 025.21877. Notasi 77
diambilkan dari notasi subyek ‘college and university library’ 027.7. Bila notasi tersebut
diperinci adalah sebagai berikut: 025.218 notasi dasar ‘Collection development in
specific types of institutions’. 027.7 Collection development in academic libraries’
(lihat bagan hal. 41).
10) Dan lainnya
b. Indeks Relatif (Relative Index)
Untuk membantu mencari notasi suatu subyek dalam DDC terdapat ‘Indeks
Relatif’. Pada indeks relatif ini terdaftar sejumlah istilah yang disusun berabjad. Istilahistilah
tersebut mengacu ke notasi yang terdapat dalam bagan. Dalam indeks ini didaftar
sinonim untuk suatu istilah, hubungan-hubungan dengan subyek lainnya. Bila suatu subyek
telah ditemukan dalam indeks relatif, hendaklah ditentukan lebih lanjut aspek dari subyek
yang bersangkutan. Cara yang paling cepat untuk menentukan notasi suatu subyek adalah
melalui indeks relatif. Tetapi menentukan notasi hanya melalui dan berdasarkan indeks
relatif saja tidak dapat dibenarkan. Setelah suatu subyek diperoleh notasinya dalam indeks
relatif, harus diadakan pengecekan dengan notasi yang terdapat dalam bagan. Dengan
demikian dapat diketahui apakah notasi tersebut betul-betul sesuai dengan karya yang
sedang diklasifikasikan.
c. Tabel-Tabel
Kecuali pembagian kelas secara desimal dengan notasi yang terdaftar dalam bagan,
DDC juga mempunyai sarana lain. Untuk membagi/memperluas subyek lebih lanjut, yaitu
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 7
dengan menyediakan sejumlah tabel pembantu atau auxiliary tables. Notasi pada tabeltabel
tersebut hanya dapat digunakan dalam rangkaian dengan notasi yang terdapat dalam
bagan. Dengan kata lain, notasi yang terdapat dalam tabel tidak pernah berdiri sendiri,
selalu dirangkaikan dengan notasi dalam bagan. Dalam klasifikasi DDC edisi 22 terdapat 7
tabel pembantu/pelengkap, yakni:
1) Tabel 1: Subdivisi Standar (Standard Subdivisions)
Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya dalam bagan, adakalanya perlu
dicantumkan lebih lanjut notasi tambahan “bentuk” yang diambil dari notasi yang terdapat
dalam tabel 1 (standard subdivision, hal.3-24). Tabel 1 ini bertujuan untuk menjelaskan
bentuk suatu karya, misalnya -03 adalah bentuk kamus dan ensiklopedi. -05 adalah bentuk
terbitan berkala atau majalah. Adakalanya juga untuk menjelaskan bentuk penyajian
intelektual, misal -01 untuk bentuk penyajian yang bersifat filsafat dan teori, -09 sejarah
dan geografi.
Dalam bagan terdapat 5 cara untuk penggunaan tabel 1 ini, yakni:
a) Tidak ada instruksi
b) Terdapat dalam bagan (lengkap)
c) Terdaftar sebagian
d) Ada instruksi penggunaan dua nol (00)
e) Instruksi penggunaan tiga nol (000)
2) Tabel 2: Wilayah (Geographic Areas, Historical Periods, Persons)
Adakalanya suatu subyek perlu dinyatakan aspek geografisnya (wilayah), misal
“Angkatan Laut Indonesia”. Dalam hal ini notasi subyek itu perlu ditambahkan notasi
wilayah “Indonesia” yang diambilkan dari Tabel 2. Cara penambahan tabel 2 ini aalah
sebagai berikut:
a) Tidak ada instruksi, dengan menggunakan notasi -09 (aspek geografi dari Tabel 1).
b) Ada instruksi, adakalanya dalam bagan terdapat instruksi, biasanya berupa instruksi
from Tabel 2. Kadangkala didahului dengan kata-kata ‘Geographical, treatment,
treatment by specific continents, countries”, dan sebagainya. Untuk geografi suatu
wilayah. Dalam bagan ini hanya untuk ‘geografi’ suatu wilayah. Misalnya “Geografi
Jepang, Geografi Indonesia” dan sebagainya. Cara pembentukannya, anka dasar
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 8
geografi suatu wilayah 91- ditambahkan dengan notasi wilayah yang diambil dari Tabel
2.
3) Tabel 3: Subdivisi Sastra (Subdivision for Individual Literatur, for Specific Literary
Forms).
Dalam klas 800 (kesusasteraan)dikenal bentuk penyajian khusus yang disebut
“subdivisi masing-masing sastra”. Misal bentuk-bentuk sastra, -1 Puisi, -2 Drama, -3 Fiksi,
dan sebagainya. Notasi yang terdapat alam Tabel 3 ini hanya dapat ditambahkan pada
notasi dasar sastra. Untuk notasi dasar suatu sastra yang berakhiran dengan angka 0 (nol),
notasi dasarnya adalah dua angka pertama saja. Notasi dasar sastra Inggris 82 bukan 820,
dan seterusnya. Cara penggunaan tabel 3 ini adalah:
a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
b) Tidak terdaftar dalam bagan
4) Tabel 4: Subdivisi bahasa (Subdivisions of Individual Languages)
Dalam 400 (bahasa) dikenal subdivisi khusus bahasa yang disebut “masing bahasa”
(Subdivisions of Individual Languages). Notasi yang terdapat dalam tabel 4 ini hanya
dapat ditambahkan pada notasi dasar suatu bahasa dalam klas 400. Bila notasi suatu bahasa
terdiri dari 3 angka dan berakhiran dengan 0 (nol), notasi dasarnya hanya 2 angka pertama.
Misal notasi dasar bahasa Perancis 44- bukan 440, bahasa Itali 47- bukan 470. Cara
penambahan Tabel 4 ini:
a) Terdaftar dalam bagan tetapi belum lengkap
b) Belum terdaftar dalam bagan
c) Kamus dua bahasa. Urutan sitirannya dengan mengutamakan bahasa yang kurang
dikenal kemudian tambahkan -3 (dari Tabel 4), menyusul notasi bahasa yang lebih
dikenal
d) Kamus banyak bahasa. Bagi kamus banyak bahasa, yaitu mencakup 3 bahasa atau lebih
dimasukkan ke dalam kamus poliglot (polyglot dictionaries).
5) Tabel 5: Ras, Etnik, dan Kebangsaan (Racial, Ethnic, National Groups).
Adakalanya suatu subyek perlu ditambahkan aspek ras tertentu. Misal -951 Chinese -
992.1 Philipines. Bila suatu subyek telah ditemukan notasinya, lalu tambahkan dengan
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 9
notasi di tabel 5, ini dilakukan bila dirasa perlu untuk memperluas subyek yang
bersangkutan.
Adapun cara penambahannya, adalah:
a) Ada perintah
b) Tidak ada perintah. Maka tambahkan notasi -089 (dari Tabel 1) kemudian cantumkan
notasi
6) Bahasa (Languages)
Suatu subyek adakalanya perlu ditambahkan aspek bahasanya. Misal Bibel dalam
bahasa Belanda. Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Cina, dan sebagainya. Terlebih
dahulu harus ditentukan notasi untuk subyek Bibel dan Al-Qur’an kemudian ditambahkan
dari notasi bahasa Belanda atau Cina yang diambilkan dari Tabel 6. Cara penggunaan
Tabel 6 ini adalah:
a) Ada perintah
b) Tidak ada perintah. Tambahkan notasi -175 (aspek wilayah di mana suatu bahasa sangat
dominan, dari Tabel 2). Lalu tambahkan notasi bahasa dari Tabel 6 ini. Contoh untuk
karya Bibel di Argentina dalam bahasa Spanyol (bahasa Spanyol sangat dominan di
Argentina) mendapat notasi 220.517661.
7) Orang (Groups of Persons).
Suatu subyek adakalanya perlu diperluas notasinya dengan kelompok orang
tertentu, misal ahli kimia, penyandang cacat, dan sebagainya. Untuk itu pada notasi subyek
yang bersangkutan dapat diperluas dengan menambahkan notasi yang terapat pada Tabel 7.
Penggunaan Tabel 7 ini adalah sebagai berikut:
a) Ditambahkan langsung
b) Tidak langsung. Tambahkan dengan notasi -088 yang diambil dari Tabel 1.
d. Tabel Perluasan Untuk Wilayah Indonesia
Perluasan dari Tabel Wilayah DDC, khusus yang berhubungan dengan wilayah
Indonesia (tabel 2). Buku-buku tentang Indonesia makin hari makin besar jumlahnya.
Kebutuhan untuk perluasan/penyesuaian notasi DDC untuk subyek Indonesia sangat
diperlukan, karena untuk membedakan daerah yang dibahas dalam subyek buku. Mengenai
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 10
ikhtisar pembagian daerah-daerah Indonesia kita menggunakan pedoman yang diterbitkan
oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan Jl. Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, yang disusun oleh
Sub Panitia Standarisasi Perpustakaan, Panitia Teknis Perpustakaan pada Tahun Buku
Internasional 1972, dengan judul “Perluasan dan Penyesuaian Notasi untuk Beberapa Seksi
dalam DDC khusus yang berhubungan dengan Indonesia”.
1) Koperasi di Kabupaten Blitar, Nomer klasnya ---- 334.95982471
Koperasi ------------------------- 334 (Bagan/Skema DDC)
Kab. Blitar ---------------------- 95982471
2) Kota Pasuruan dalam angka, Nomer klasnya ---- 315.95982482
Statistik ----------------------- 315 (Bagan/Skema DDC)
Kota Pasuruan --------------- 95982482
C. Analisis Subyek (subject analysis)
Analisis Subyek adalah suatu kegiatan menganalisa mengenai apa atau tentang apa
suatu dokumen (bahan pustaka). Kegiatan analisis subyek merupakan hal yang sangat
penting dan memerlukan kemampuan intelektual, karena di sinilah ditentukan pada subyek
apa suatu dokumen ditempatkan. Bila salah atau keliru, akan menimbulkan kesulitan bagi
pemakai dalam mendapatkan informasi yang dicarinya. Oleh karena itu analisis ini harus
dikerjakan secara akurat dan taat-azas (konsisten). Untuk melaksanakan kegiatan analisis
subyek, pustakawan harus mengenal jenis konsep dan jenis subyek. Dalam makalah ini
tidak di bahas masalah analisis subyek, analisis subyek dibahas tersendiri dalam makalah
tajuk subyek.
D. Penggunaan DDC
Setiap petugas perpustakaan yang hendak menggunakan klasifikasi DDC atau
menggolongkan suatu bahan pustaka, perlu melalukan langkah-langkah ini, diantaranya:
• Pelajari pola umum bagan klasifikasi, seperti ringkasan pertama (10 kelas utama),
ringkasan kedua (divisi), ringkasan ketiga (seksi), dan seterusnya.
• Pelajari bagan lengkap secara teratur dan sistematis, agar memperoleh gambaran yang
lebih jelas.
• Pelajari tabel-tabel pembantu serta petunjuk penggunaannya.
• Pahami indeks relatif dan penyusunannya.
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 11
1. Prinsip Klasifikasi DDC
 Klasifikasikan bahan pustaka sesuai dengan maksud dan tujuan pengarangnya.
 Klasifikasikan pada subyek yang lebih spesifik, jangan pada subyek yang luas.
 Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek, tetapi bobot pembahasannya tidak seimbang
klasifikasikan pada subyek yang banyak dibahas.
 Bahan pustaka yang mempunyai 2 subyek dan keduanya memiliki nilai bobot yang
sama dalam pembahasannya, klasifikasikan pada subyek yang pertama diuraikan atau
dibahas. Misal “Pengantar sosiologi dan ekonomi”.
Rangkuman : Sosiologi / ekonomi
Sosiologi : Disiplin ilmu
Ekonomi : Disiplin ilmu
maka subyek yang diutamakan adalah sosiologi, karena yang pertama dibahas.
 Apabila menemukan bahan pustaka yang membahas 3 subyek atau lebih, maka
klasifikasikan pada subyek yang lebih luas. Misal “Pelajaran matematika, Kimia, dan
Fisika” klasifikasikan pada nomor 500 (eksakta).
 Bila menemukan suatu bahan pustaka yang subyeknya belum atau tidak terdapat nomor
klasifikasinya, maka klasifikasikan pada nomor yang paling dekat dengan subyek itu
dan tidak diperkenankan membuat nomor baru sendiri.
2. Prosedur penentuan notasi
Setiap bagan klasifikasi menggunakan sistem simbol untuk menetapkan kelas.
Simbol yang berfungsi untuk menunjukkan subyek serta hubungan antar subyek disebut
dengan notasi. Biasanya notasi berupa angka atau huruf atau gabungan keduanya yaitu
angka dan huruf. Contohnya, klasifikasi Persepuluhan Dewey menggunakan angka arab.
Sedangkan Library of Congres Classification menggunakan kombinasi antara huruf dan
angka. Notasi yang menggunakan gabungan, antara angka dan huruf disebut notasi
campuran. Notasi haruslah bersifat hirarkis karena harus mencerminkan urutan struktural
sebuah klasifikasi.
Dengan sifat herarkis sistem notasi dapat dikembangkan sampai detail sesuai
dengan struktur hirarkis suatu disiplin ilmu. Dengan demikian setiap hirarki disiplin ilmu
dapat diambil notasinya dalam bagan klasifikasi.
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 12
Pemilihan nomor klasifikasi yang tepat hendaknya dilakukan melalui indeks relatif
karena dalam indeks tersebut memuat aspek-aspek lengkap yang dimiliki subyek.
Kemudian diadakan pengecekan pada bagan. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan tabeltabel
pembantu untuk memperluas notasinya.
Pemilihan notasi dapat dilakukan melalui indeks atau langsung pada bagan, untuk itu
perhatikan uraian berikut ini.
a. Melalui indeks relatif
Indeks relatif adalah sejumlah tajuk dengan perincian aspek-aspek yang disusun
secara sismatis berikut notasinya untuk memudahkan menentukan tajuk yang tercantum
dalam indeks yang tersebar dalam bagan maupun pada tabel-tabel pembantu, langkahlangkahnya:
 Tentukan subyek bahan pustaka yang hendak diproses melalui analisis subyek.
 Carilah subyek itu, berikut aspek-aspeknya dalam indeks.
 Bila aspek yang dianggap tepat ditemukan, periksa bagan lengkap untuk melihat dan
menguji kebenarannya.
 Teliti tajuk untuk nomor itu, yang memungkinkan ada keterangan dalam bagan.
b. Melalui bagan
Bagan atau schedule adalah serangkaian bilangan (nomor kelas) yang disusun
menurut prinsip-prinsip DDC dan memuat semua subyek ilmu pengetahuan secara
universal. Secara umum Melvin Dewey membagi ilmu pengetahuan dalam 10 kelas utama.
Setiap kelas utama dibagi secara desimal menjadi 10 sub divisi yang disebut seksi. Begitu
seterusnya. Pemilihan notasi langsung pada bagan ini langkah-langkahnya:
 Tentukan subyek bahan pustaka melalui proses analisis.
 Tentukan disiplin ilmunya untuk memudahkan penelusuran selanjutnya.
 Golongkan subyek tersebut pada kelas utama.
 Periksalah seksi dan subseksinya sampai diperoleh notasi yang tepat.
E. PENUTUP
Mengklasifikasi bahan pustaka dengan menggunakan Skema klasifikasi
Persepuluhan Dewey (DDC), perlu pemahaman komponen-komponen yang ada pada
sistem ini. Jika dapat melakukan analisis subyek dengan tepat sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh penulis suatu bahan pustaka, dan dapat mengikuti petunjuk yang ada
Pustakawan Perpustakaan UM, October 09 Page: 13
pada bagan klasifikasi diharapkan dapat memperoleh subyek yang tepat dan dapat
mendapatkan notasi yang tepat. Sehingga penempatan bahan pustaka di rak jajaran pada
posisi yang benar dan proses penelusuran atau pencarian informasi mudah dilakukan
dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah.Jakarta: Gramedia
Widasarana Indonesia.
Dewey, Melvil. 2003. Decimal Classification and Relatif Index, 22th ed.Vol.1-Vol.4.
Dublin, Ohio : OCLC Online Computer Library Center, Inc.
Hamakonda, Towa dan J.N.B. Tairas. 2002. Pengantar Klasifikasi Persepuluhan Dewey.
Jakarta: BPK Gunung Mulya,
Juhaeri. 2002. Klasifikasi. Surabaya: Badan Perpustakaan. Makalah disampikan dalam
Pendidikan dan Pelatihan Penyetaraan Perpustakaan.
Miswan. 2003. Klasifikasi dan Katalogisasi: Sebuah Pengantar. Makalah disampaikan
pada “Workshop Perpustakaan dan Kearsipan” di STAIN Purwokerto pada
tanggal 17 Juli 2003.
Perpustakaan Nasional RI. [S. a.]. Klasifikasi dan Tajuk Subyek Modul 3: Klasifikasi
bahan pustaka. http://pusdiklat.pnri.go.id/elearning/klasifikasi/frameset03.html.
Download 12 Mei 2006
Perpustakaan Nasional RI. 1994. Terjemahan Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey dan
Indeks Relatif: Disesuaikan dengan DDC 20. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Somadikarta, Lili K. 1991. Dasar-dasar Analisis Subyek untuk Pengindeksan Subyek
Dokumen. Jakarta: JIP-FSUI. (Merupakan saduran dari buku An introduction to
subject indexing: a programmed text/ by A.G. Brown. London, 1976. Vol. 1,
section 1 & 2)
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sumantri, M.T. 2004. Panduan Penyelengaaan Perpustakaan Sekolah. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Yusup, Pawit M. 2002. Pengantar Klasifikasi Dasar dengan pendekatan teoritis praktis.
Jatinangor: PSIP-FIK Universitas Padjadjaran.
Yusup, Pawit M. dan Yaya Suhendar. 2002. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah. Jakarta: Media Prenada Media Group.
Zen, Zulfikar. 1989. Buku Kerja Dewey Decimal Classification. Jakarta: JIP-FSUI

PERPUS 2(LANGKAH2 PERSIAPAN)

KLASIFIKASI BAHAN PUSTAKA
PERPUSTAKAAN SEKOLAH
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah Berbasis Teknologi Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium
Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses Pembelajaran
Oktober 2010
Oleh: Listariono
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
UPT PERPUSTAKAAN
2010
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
1
KLASISIFIKASI BAHAN PUSTAKA
Oleh: Listariono
A. Pendahuluan

Salah satu ciri pendidikan yang berkualitas adalah tersedianya fasiiltas
penunjang belajar yang memadai. Fasilitas belajar yang utama adalah perpustakaan
sekolah dengan koleksi yang lengkap, laboratorium sekolah yang memenuhi syarat,
computer dan kondisi fisik yang secara lansung dapat mempengaruhi kenyaman
belajar.
Dari beberapa fasilitas utama belajar di atas, keberadaan perpustakaan sekolah
merupakan salah satu sarana yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan.
Karena perpustakaan sekolah merupakan salah satu bagian penting dari sekolah
secara keseluruhannya, baik sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun
sekolah tingkat atas dan sejenisnya perpustakaan menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari program sekolah, karena dari belajar di perpustakaan sekolah siswa
dapat belajar mandiri dan mengembangkan ilmt pengetahuan. Disamping itu
perpustakaan sekolah memiliki arti yang penting bagi siswa karena sebagai sumber
ilmu dan alternatip rujukan
Mengingat kehadiran perpustakaan sekolah untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar di sekolah penting, maka perpustakaan memiliki tugas mengelola
perpustakaan dengan cara menghimpun, mengolah dan menyajikan sumber informasi
yang dimiliki perpustakaan. Sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan
sekolah itu beraneka ragam bentuknya, misalnya: buku, Cd, film, majalah, surat kabar
dan sebagainya.
Untuk memudahkan bagi pemakai perpustakaan, sumber informasi yang ada
harus dibuatkan alat bantu penelusuran. Alat bantu yang dimaksud terbut adalah
daftar koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan yang lazim disebut catalog
perpustakaan. Selanjunya sumber informasi yang dimiliki oleh perpustakaan disajikan
dalam rak buku, lemari atau tempat lain yang sesuai bentuknyadengan cara menyusun
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
2
sumber informasi tersebut di jajaran rak, dalam penyusunan koleksi ini bisa
menggunakan sistem klasifikasi tertentu.
kegiatan dengan pengolahan sumber informasi adalah pekerjaan klasifikasi
bahan pustaka.
B. PENGERTIAN TUJUANDAN FUNGSI KLSDIFIKASI PERPUSTAKAAN
Klasifikasi berasal dari kata kelas. Selanjutnya klasifikasi diartikan dengan
mengelompokkan suatu benda atau obyek tertentu berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
oleh benda tersebut
Sedangkan yang dimaksud dengan klasifikasi bahan pustaka adalah kegiatan
yang dilakukan oleh petugas perpustakaan dalam rangka mengelompokkan bahan
pustaka yang memiliki kesamaan topik atau isi dari bahan pustaka tersebut.
Untuk pengelompokkan koleksi perpustakaan dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu, pengelompokkan koleksi perpustakaan berdasarkan ciri-ciri khusus,
misalnya, ukuran dan data fisik lainnya, sistem ini dinamakan klasifikasi artificial dan
pengelompokam koleksi berdasarkan subyeknya yang selanjutnya dinamakan dengan
system klasifikasi fundamental
Pada umumnya pengelompokan koleksi bahan pustaka banyak dilakukan
dengan menggunakan sitem fundamental. Karena dengan sistem ini akan lebih mudah
pengaturannya dan mudah untuk mencarinya.
Contoh berdasarkan subyek, matematika, biologi, sejarah dan sebagainya.
Dari pengertian klasifikasi tersebut berarti klasifikasi bahan pustaka memiliki
tujuan agar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan kelihatan mudah diatur,
mudah ditemukan dan juga mudah ditata kembali.
Selain itu klasifikasi juga berguna sebagai alat bantu bagi petugas
perpustakaan dalam menyusun bahan pustaka di jajaran rak dengan berurutan
berdsarkan pada setiap buku yang salah satu unsurnya adalah notasi klasifikasi.
Kegunaan yang lain klasifikasi bahan pustaka sebagai catalog ceklist, katalog
ini disusun berdasarkan golongan atau menurut kelas bahan pustaka. Katalog ini
sebagai alat kontrol bagi petugas pengkatalog sewaktu menentukan klasifikasi bahan
pustaka.
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
3

C. KLASIFIKASI PERSEPULUHAN DEWEY/DEWEY CLASSIFICATION
(DDC)
Dewey seorang ilmuwan kebangsaan Amerika menyususun dan
mengelompokkan bidang pengetahuan manusia yang ada menjadi 10 kelas utama dan
masing-masing kelas utama dapat dibagi lagi menjadi 10 devisi. Selanjutnya divisi
masih dapat lagi menjadi 10 seksi, seksi ini juga masih dapat dibagi lagi menjadi
subseksi.
Untuk itu berikut ini diberikan contoh kelas utama, divisi, seksi dan subseksi
Kelas Utama
000 Karya Umum
100 Filsafat
200 Agama
300 Ilmu Sosial
400 Bahasa
500 Ilmu Pengetahuan Murni
600 Ilmu Pengetahuan terapan/teknologi
700 Seni, olahraga
800 Sastra
900 Sejarah, Geografi
Divisi
300 Ilmu Pengetahuan Sosial
310 Koleksi Statitik Umum
320 Ilmu Politik
330 Ekonomi
340 Hukum
350 Administrasi Publik dan Kemiliteran
360 Masalah Kesejahteraan Sosial
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
4
370 Pendidikan
380 Perdagangan, komunikasi dan transportasi
390 Adat istiadat, folklore, etiket
Subdivisi
370 Pendidikan
371 Sekolah; pendidikan khusus
372 Pendidikan dasar
373 Pendidikan menengah
374 Pendidikan dewasa
375 Kurikulum
376 -
377 -
378 Pendidikan tinggi
379 Isu kebijakan public dalam bidang pendidikan
Seksi
320.1 Negara
320.3 Pemerintahan Perbandingan
320.4 Struktur dan funsi pemerintahan
320.5 Idelogi politik
320.6 Formulasi kebijakan
320.8 Pemerintahan daerah
320.9 Situasi dan kondisi politik
Sub Seksi
320.11 Teori asal usul Negara
320.12 Wilayah
1. Unsur-unsur Pokok DDC
a. Sistematika
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
5
Sistematika pembagian ilmu pengetuan yang dituangkan ke dalam suatu
bagan yang loengkap dan dilandaskan pada beberapas prinsip dasar tertentu
Dalam bagan DDC ini memuat pembagian ilmu pengetahuan yang sifatnya
umum kemudian kebagian yang khusus.
b. Notasi
Notasi merupakan serangkain symbol berupa angka, yang mewakili dari
subyek yang terdapat pada bagan DDC yang selanjutnya angka-angka tersebut
ninamakan nomor kelas.
c. Indeks Relatif
Indeks relative merupakan bagian dari klasifikasi persepuluhan Dewey yang
memuat tajuk beserta aspek-aspeknya dan disusun secara alfabetis serta dilengkapi
dengan petunjuk nomor kelas.Untuk menentukan nomor klasifikasi juga harus
mengecek lebih dahulu pada bagan klasifikasi
Indeks DDC ini disebut indeks relative, karena relative indeks subjek yang
disusun secara alfabetis dan disertai dengan notasi indek tidak menunjukkan langsung
kepada urutan nomor kelas.
Contoh Indeks Relatif:
Arsitektur 720
Abad pertengahan 723
Dekorasi 729
Gambar 720.28
Konstruksi 721.3
Seni lukis 758.7
d. Tabel Pembantu
Selain memuat bagan dan indeks relative klasifikasi persepuluhan Dewey
dilengkapi juga dengan table-tabel pembantu terdi atas:
1. Tabel Subdivisi Standar
2. Tabel Wilayah
3. Tabel Subdivisi Kesusasteraan
4. Tabel Subdivisi Bahasa
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
6
5. Tabel Subdivisi Ras, Etnik dan Kebangsaan
6. Tabel ras, etnik dan kebangsaan
7. Tabel Kelompok Orang
1. Tabel Subdivisi Standar:
Subdivisi standar tidak bisa digunakan sendiri. Penggunaan subdivisi standar
harus mengkuti nomor klasifikasi. Adapun susunan tabel subdivisi standar
sebagai berikut:
- 01 Filsafat dan teori
- 02 Bunga Rampai
- 03 Kamus, ensiklopedi, konkordon
- 04 Umum, khusus
- 05 Publikasi resial
- 06 Organisasi dan manajemen
- 07 Studi dan Pengajaran
- 08 Kumpulan koleksi
- 09 Sejarah dan geografi
Contoh: - Sejarah Pendidikan 370.9
o Notasi untuk Pendidikan 370.
o Sejarah dalam Subdivisi Standar - 09
- Kamus Bahasa Indonesia 499.2213
o Notasi Bahasa Indonesia 499.221
o Kamus dalam Subdivisi Standar - 03
2. Tabel Wilayah
- 1 Wilayah, daerah, tempat pada umumnya
- 2 Manusia (tanpa disebutkan wilayahnya)
- 3 Dunia purba
- 4 Eropa
- 5 Asia
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
7
- 6 Afrika
- 7 Amerika Utara
- 8 Amerika Selatan
- 9 Bagian lain
Asia
51 Cina
52 Jepang
53 Arab
54 Asia Selatan (India, Pakistan, Banglades, Sri Langka, Nepal dll.
55 Iran (Persia)
56 Timur Tengah (Turki, Irak, Siria, Libanon, Palestina, Israel, Jordania)
57 Siberia
58 Asia Tengah (Afganistan, Turkestan)
59 Asia Tenggara
Asia Tenggara
591 Burma
592 -
593 Thailand (Siam)
594 Laos
595 Malaysia
596 Kamboja (Republik Khmer, Kampuchea)
597 Vietnam
598 Indonesia
Indonesia
5981 Sumatra
5982 Jawa dan Madura
5983 Jakarta
5984 Kalimantan
5985 Bali, Nusa Tenggara
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
8
5986 Sulawesi
5987 Maluku
5988 Irian Jaya
Contoh:
- Situasi Politik di Indonesia
• Politik 320
• Subdivisi Standar – 09
• Wilayah Indonesia 598
- Cara Penulisannya menjadi 320.9598
Kondisi Ekonomi di Burma
• Ekonomi 330
• Subdivisi Standar – 09
Cara penulisan 330.9591
3. Tabel Subdivisi Kesusasteraan
- 1 Puisi
- 2 Drama (drama baca, drama ditulis dalam bentuk puisi
- 3 Fiksi (novel, novelette, cerita pendek
- 4 Esei (teks, kumpulan, diskusi, karya sastra)
- 5 Tuturan (speech), wacana. Pidato (teks, kumpulan, diskusi, karya sastra)
- 6 Surat (teks, kumpulan, diskusi, karya sastra)
- 7 Satire, humor, parody
- 8 Tulisan aneka warna
Contoh:
Sastra Belanda
- Sastra Indonesia 899.221
• Fiksi -3
• Sastra Indonesia 899.2213
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
9
4. Subdivisi Bahasa
Notasi berikut ini tidak digunakan secara tersendiri yang artinya tidak dapat
berdiri sendiri, melainkan harus digunakan sebagai subdivisi pada sebuah bahasa
bersama dengan angka dasar (Base Number) untuk masing-masing bahasa
Contoh :
Tata Bahasa Jawa angka dasarnya 499.222. Posisi titik harus dapat ditambahkan pada
table 4 dan akan menghasilkan notasi 499.2225
D. PENGGUNAAN KLASIFIKASI PERSEPULUHAN DEWEY
1. Langkah-langkah Persiapan
Untuk menggunakan klasifikasi klasifikasi persepuluhan Dewey (DDC) bagi
bagian klasifikasi diperlukan ketekunan dan ketelitian sebelum mengklasir buku.
Adapun langkah yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
- minimal seorang pengklasir harus mengenal kelas utama DDC, mulai dari kelas 0
sampai dengan kelas 9, selanjutnya pelajari ringkasan ke dua dan ke tiga pada
bagan DDC.
- pelajari dari struktur dari masing-masing kelas, dengan mempelajari ini lama-lama
pengklasir buku akan terbiasa.
- periksalah pada table-tabel pembantu dan pelajari cara penggunaannya.
2. Mengenal Indeks Relatif
Yang dimaksud mengenal indeks relative disini adalah, setiap pengkatalog
harus mengetahu isi dan susunan dari indeks relative. Selanjutnya mencari
hubungannya dengan bagan yang berisikan subyek-subyek bahan pustaka yang
dituangkan dalam bentuk notasi.
Dengan mengenal kandungan atau isi serta mengetahui susunan dari subyek
yang ada di indek relative petugas perpustakaan bagian pengolahan akan terbantu
cara penggunaannya.
3. Cara Menentukan Subyek Bahan Pustaka
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
10
Seperti disebutkan di atas, bahwa prinsip dari klasifikasi persepuluhan Dewey
adalah mengelompokkan bahan pustaka berdasarkan pokok bahasan atau subyeknya
Petugas Perpustakaan dapat menentukan subyek bahan pustaka dengan cara:
menentukan terlebih dahulu disiplin ilmu dan cabang-cabang ilmunya dari dalam
dokumen bahan pustaka. Kemudian tentukan fenomenanya atau pokok kajiannya,
Untuk menentukan subyek, terlebih dahulu harus memahami isi buku dan
informasinya dapat diperoleh dari:
- halaman judul
- kata pengantar
- daftar isi
- pendahuluan
- dibaca tiap-tiap bab
- kesimpulan
Apabila di dalam suatu buku terdapat dua subjek atau lebih, terlebih dahulu
yang diklasifikasi adalah subyek yang paling utama dibahas. Begitu juga bila dalam
buku tidak terdapat subyek yang utama, koleksi tersebut diklasifikasi yang paling
bermanfaat bagi pengguna perpustakaan.
Makalah Disampaikan Dalam Rangka Penguatan Pengelolaan Perpustakaan Sekolah Berbasis Teknologi
Informasi di Lingkungan Sekolah Laboratorium Universitas Negeri Malang (UM) Untuk Menunjang Proses
Pembelajaran Oktober 2010
11
DAFTAR PUSTAKA
Asrukhin, Mochammad. 2006. Klasifikasi Baahan Pustaka. Makalah
disampaikan pada Orientasi Pengelola Perpustakaan Bagi Santri
Pondok Pesantren se Jawa Timur diselenggarakan oleh departemen
Agama Kasntor Wilayah Propinsi Jawa Timur tanggal 20 s.d. 21.
Malang: Universitas Negeri Malang UPT Perpustakaan
Hamakonda, Towa P. dan J.N.B. Tarias. 2002. Pengantar Klasifikasi
Persepuluhan Dewey. Jakarta: Gunung Mulia
Eryono, Muh. Kaliani. 1999. Pengolahan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas
Terbuka
Rusiana Sjahrial-Pamuntjak. 2000. Pedoman Penyelenggaraan
Perpustakaan. Jakarta: Jambatan
Sulistyo-Basuki. 2006. Dewey Decimal Classification 22 nd edition: edisi
Bahasa Indinesia. Jakarta

PERPUS 1


-->
VN:F [1.9.18_1163]
Rating: 3.9/5 (13 votes cast)
Klasifikasi Desimal Dewey (Dewey Decimal Classification (DDC), juga disebut Sistem Desimal Dewey) adalah sebuah sistem klasifikasi perpustakaan yang diciptakan oleh Melvil Dewey (1851–1931) pada tahun 1876, dan sejak saat itu telah banyak dimodifikasi dan dikembangkan dalam duapuluh dua kali revisi yang telah terjadi hingga tahun 2004.
Klasifikasi Dewey muncul pada sisi buku-buku koleksi perpustakaan. Klasifikasi dilakukan berdasarkan subjek, kecuali untuk karya umum dan fiksi. Kodenya ditulis atau dicetakkan ke sebuah stiker yang dilekatkan ke sisi buku atau koleksi perpustakaan tersebut. Bentuk kodenya harus lebih dari tiga digit; setelah digit ketiga akan ada sebuah tanda titik sebelum diteruskan angka berikutnya.
Contoh kode:
330.94 = ekonomi Eropa, di mana 330 adalah kode untuk ekonomi dan 94 untuk Eropa
Ada sepuluh kelas utama dalam klasifikasi Dewey. Sepuluh kelas tersebut dibagi lagi kepada 10 bagian; yang lalu bisa dibagi lagi kepada 10 bagian.
Sepuluh kelas utama tersebut adalah:
Sedangkan untuk kolesi pustaka Islam menggunakan notasi 2x yang merupakan pejabaran dari notasi 297 pada notasi DDC. Berikut adalah sepuluh kelas utamanya:
2 X 0 Islam (Umum)
2 X 1 Al-Quran dan Ilmu Terkait
2 X 2 Hadis dan Ilmu Terkait
2 X 3 Aqaid dan Ilmu Kalam
2 X 4 Fiqh
2 X 5 Akhlak dan Tasawuf
2 X 6 Sosial dan Budaya
2 X 7 Filsafat da Perkembangannya
2 X 8 Aliran dan Sekte
2 X 9 Sejarah, Islam dan Modernisasi
Pengelompokan Buku Berdasarkan Klasifikasi Desimal Dewey (DDC), 3.9 out of 5 based on 13 ratings

Artikel Menarik Lainnya:

Anda sedang membaca artikel yang berjudul Pengelompokan Buku Berdasarkan Klasifikasi Desimal Dewey (DDC) dengan Kategori Artikel Perpustakaan. Anda boleh menyebarluaskan atau mengcopynya jika artikel ini sangat bermanfaat bagi tema-teman Anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link Pengelompokan Buku Berdasarkan Klasifikasi Desimal Dewey (DDC) sebagai sumbernya
FATKHUR RIF'AN

Rabu, 19 September 2012

HAL-HAL YANG DI SUKAI WANITA

Paling Didambakan Para Wanita



[cewek.jpg]

Wanita memang makhluk yang sulit ditebak dan terkadang sering membingungkan pria. Tapi sebenarnya wanita tidaklah serumit dan semisterius yang Anda kira, asal tahu saja apa yang benar-benar mereka inginkan.
Berdasarkan poling yang dilakukan oleh Yourtango, ada 10 hal sederhana yang benar-benar wanita inginkan yang mungkin mewakili kebanyakan makhluk hawa tersebut.
1. Penghargaan
Siapa bilang pria saja yang butuh dihargai? Wanita pun ingin opini, karir, hobi, teman, tubuh dan pikirannya dihargai. Jika Anda tidak setuju dengan apa yang dilakukan atau diucapkannya, cobalah menghargainya dan berpikir positif bahwa opininya merupakan kontribusi yang berarti bagi Anda, ketimbang harus menentang terlalu keras atau marah-marah.
2. Seks
Tentu saja wanita menginginkan seks sebagaimana halnya pria. Tapi yang harus diingat, seks yang diinginkan wanita bukan hanya sekedar ‘seks’. Memberikannya sentuhan fisik yang kecil seperti pijatan di bahu, kaki atau kepala pun merupakan salah satu bentuk seks yang menyentuh bagi wanita.
3. Romantisme
Suasana romantis bisa diciptakan dimana saja, tidak harus dengan makan malam atau nonton film romantis di bioskop di luar. Nyalakan beberapa lilin di rumah Anda dan perlakukan wanita seperti layaknya pacar yang benar-benar Anda idamkan, bahkan jika sudah menjadi istri sekalipun.
Kencan di rumah, seks di mobil, berciuman seperti pertama kali kencan, dan semua hal yang membuat Anda jatuh cinta padanya tidak harus berhenti ketika Anda sudah menikah dan memiliki tugas lain seperti membersihkan rumah dan mengurus anak. Memberikan bunga pada pasangan tanpa sebab merupakan satu ide romantis yang patut dicoba.
4. Waktu
Mengutarakan cinta memang bisa melalui bunga, tapi memberikan waktu luang untuk bersama dan lemperlakukan wanita sebagai proritas jauh lebih mewakili rasa cinta ketimbang memberikan barang apapun.
Hal ini juga termasuk membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga jika ia sudah menjadi istri Anda. Jika Anda tiba lebih dulu di rumah dari kantor, tidak ada salahnya membersihkan rumah dan memberi kejutan yang menggembirakan untuk istri.
5. Makan Malam
Bagi seorang istri yang sibuk bekerja dari pagi hingga sore hari, menyiapkan makan malam mungkin merupakan beban yang membuatnya malas memasak di dapur.
Meskipun Anda tidak pandai memasak, tapi menyambutnya dengan menu masakan Anda di depan pintu masak, dijamin membuatnya bahagia, karena menurutnya Anda rela bekerja keras dan sangat pengertian.
6. Komunikasi
Wanita adalah makhluk yang senang berbicara. Mereka tahu Anda mencintainya, tapi mendengar langsung dari mulut Anda akan sangat membahagiakannya. Katakan padanya jika ia terlihat cantik dan sangat seksi. Hal itu akan membuat perasaan mereka senang.
Ketika wanita disebut seksi, ia pun akan berpikir dan bertingkah seksi, meskipun sebelumnya tidak. Katakan bahwa masakannya lezat, ucapkan terima kasih karena telah mengantar anak-anak ke sekolah atau mencuci bak mandi. Biarkan ia tahu bahwa Anda melihat usahanya dan berterima kasih untuk itu.
7. Konsistensi
Hal ini bukan berarti Anda harus menjadi pribadi yang membosankan dan gampang ditebak. Maksudnya yaitu, coba dan usahakanlah memberinya dukungan dan cinta secara konsisten dan dengan energi yang tidak ada habisnya agar ia merasa nyaman.
8. Tekad Yang Kuat
Memiliki tekad yang kuat berarti Anda harus siap memperjuangkan apapun demi pasangan Anda. Hal ini tidak harus dengan melakukan hal-hal besar, cobalah memperhatikan hal-hal kecil seperti mendengarkannya ketika berbicara.
9. Humor dan Rasa Malu
Dua sifat ini saling berhubungan, artinya memiliki rasa humor harus dibatasi rasa malu. Wanita memang senang memiliki pasangan yang lucu dan humoris, tapi mereka tidak ingin pasangannya berbuat hal yang memalukan di depan umum.
10. Tantangan
Wanita yang merasa termotivasi dan mendapat kejutan dari pasangan mengaku merasa hidupnya lebih bahagia. Berdasarkan hasil poling, wanita lebih bahagia ketika mendapatkan dorongan dari pasangannya untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya, karena ia akan merasa tertantang untuk bisa mencapai tujuan itu.

FATKHUR RIF'AN

MALAM MENGHANGATKAN

♥ Sentuhan Malam Pertama ♥ 

FATKHUR RIF'AN


Bismillahirrahmanrrahim....

''Baarakallahu laka wa baaraka`alaikuma,wa jama`abaina-kumaa fii khair....''

''Semoga ALLAH Subhanahu` wa Ta'ala memberkatimu dan mengumpulkan kalian dalam kebaikan...''

``Bahagia,nervous,malu, sibuk dan capek bercampur aduk menjadi satu pada hari itu....

``Bahtera mulai berlayar,layar pun terkembang.Menyongsong samudra yang penuh dengan riak dan ombak kehidupan.

``Hari pernikahan, menjadi sangat menyejarah dalam kehidupan seorang muslim.Karena pada hari itu,dihalalkan sesuatu yang sebelumnya sangat haram jika dilakukan...

``Dihalalkannya sesuatu yang haram pada dasarnya adalah sebuah kejahatan besar,namun jika ALLAH sendiri yang memberikan legalitas,itulah bagian dari hikmah-NYA...

``Sebelmnya,menyentuh wanita nan muhrim adalah sebuah dosa....

``Dengan aqad di hari itu, bukan hanya menyentuh kulit atau rambut sang kekasih saja yang telah dihalalkan.Sentuh menyentuh pada bagian yang paling rahasia pun diantara keduanya pun,kini sah untuk di lakukan....

``Setiap sisi ,Islam penuh denganberkah,hikmah dan maslahat bagi kehidupan umatnya....

Subhanallah...

Semoga bermamfaat....

SALAM santun...untuk Ukhuwah...

Senyum ^_^
Sentuhan pertama itu sungguh-sungguh membuatku hidup. Tatkala belaian lembutnya menyentuhku tuk pertama kali dan mengalirkan seluruh aliran darahku dengan lancar. Kehangatannya dapat kurasakan dengan sangat, meski harus mengamati dahulu siapakah sebenarnya sosok itu.
Malam pertama itu, sungguh luar biasa. Meski pendengaranku belum terlalu sempurna, penglihatanku belum terlalu tajam, dan indera perabaku belum berfungsi dengan baik tetapi aku bisa merasakan getaran hatinya. Kecupan mantap di keningku dengan penuh kasih dan sayang. Sentuhan pertama yang benar-benar bulu kudukku bergetar sejadi-jadinya.

Entahlah, aku tak bisa berpikir dengan normal. Karena pikiranku hanya menatap sesosok bidadari yang berbeda dengan duniaku sebelumnya. Paling tidak saat itu aku terpesona dengan senyuman khasnya, sentuhan tangan dan kata-katanya yang manis. Aku pun semakin penasaran dengannya. Seorang bidadri yang lainkah?
Tapi mengapa dia menyentuhku dengan sentuhan yang berbeda? Sangat lembut sekali. Benar-benar malam itu aku tak merasakan sebelumnya. Begitu indah tuk diucapkan, begitu indah tuk dilukiskan. Aku ingin malam-malam selanjutnya engkau menyentuhku lagi, bidadari. Dengan sentuhan yang lebih dari malam sebelumnya.
Tak pelak, mengapa dia selalu setia menungguiku setiap jam kapan kubutuhkan. Setiap hari selalu tersenyum dan membelai tubuhku dengan keindahan. Sungguh! Benar-benar bidadari yang tak kan hilang di hati. Selalu saja dia perhatian padaku. Terlebih sejak kejadian sentuhan pertamanya terhadapku saat malam pertama itu. Tak bisa kuhilangkan moment terindah itu. Andai aku bisa, aku sudah membalasnya pada saat itu juga.
Bidadari, mengapa engkau begitu indah? Dan di saat aku sudah mengerti, moment itu kata orang adalah sentuhan pertama di malam pertama aku lahir ke dunia. Dan bidadari itu adalah sosok indah bernama Ibu. Terima kasih ibu, ridloilah perjalanan anak ini


KESEHATAN

FATKHUR RIF'AN

Yang Harus Diketahui dari Kondom

Dewasa

Kondom sempat menjadi kontroversi. Kemunculan kondom dinilai melegalkan prostitusi dan perzinahan. Ibarat pisau yang bisa menjadi berguna di tangan orang yang baik, demikian juga halnya dengan kondom.
Kondom = baik
Anda suka atau tidak, kondom adalah gagasan yang sangat baik. Tentu saja kita tidak akan mengatakannya dengan cara demikian, bukan, tetapi memang demikianlah halnya. Dengan teknologi baru dan kondom yang lebih tipis dan lebih sensitif, anda bahkan tidak akan merasa bahwa Anda tengah memakainya.
Kondom bahkan dapat memberikan sedikit bumbu dalam kehidupan seksual anda dan ingatlah bahwa sedikit proteksi dapat memberikan pengaruh jangka panjang.
Sudah ada sejak dulu
Kondom sudah ada sejak dahulu kala, tetapi tidak selama kebutuhan manusia akan kondom. Pemakaian kondom paling awal kelihatannya adalah pada jaman Mesir kuno.
Tanda terawal pemakaian kondom di Eropa dapat dilihat pada lukisan gua di Perancis dan sejumlah ahli sejarah menyatakan bahwa orang Romawi membuat konodm dari jaringan otot para petarung yang telah mereka kalahkan dalam peperangan.
Nikmat
Jangan membuat informasi itu membuat Anda kehilangan selera! Kondom saat ini merupakan bagian dari kehidupan modern dan melindungi Anda dari infeksi menular seksual serta kehamilan yang tidak diinginkan. Kondom bahkan bisa meningkatkan kenikmatan bercinta.
Perhatikan caranya:
Jadi, begini cara memasangnya: pertama dan yang paling awal adalah pastikan bahwa penis sedang berereksi dan juga pastikan bahwa Anda sudah memasangnya sebelum Anda memulai permainan daripada di tengah-tengah permainan karena cairan yang dilepas dari penis selama tahap-tahap awal ereksi dapat mengandung sperma dan organisme yang dapat menyebabkan infeksi menular seksual (IMS). Lihat bagian Klinik dari situs utama untuk mengetahui lebih banyak informasi mengenai hal ini.
Sebelum membuka gulungan kondom, tekan bagian ujung tertutup kondom untuk melepaskan udara yang terjebak di dalamnya lalu luncurkan ke bawah penis. Pastikan gulungan berada di bagian luar.
Pada saat yang sama dengan menekan ujung tersebut (ujung kondom tentunya, yah, Anda tak akan tahu apa yang mungkin sedang dilakukan), perlahan-lahan luncurkan kondom sampai ke bawah, yaitu pangkal penis.
Selalu pastikan bahwa kondom berada di tempatnya selama berhubungan seks, jika kondom menggulung ke atas, kembalikan ke bawah segera dan jika kondom lepas, tarik penis segera dan pasang kondom baru.
Setelah ejakulasi, pastikan bahwa penis dan kondom ditarik keluar pada saat penis masih berereksi. Tahan kondom di pangkal penis untuk mencegahnya lepas.
Jangan gunakan lagi kondom tersebut dan jangan membuangnya ke dalam toilet. Bungkus kondom bekas dalam selembar tisu dan buang di tempat sampah.

DAMPAK NEGATIF ONANI

Dampak Negatif Masturbasi / Onani Bagi Pria


Apa kabar rekan-rekan blogger semua?? Sebelum menuju topik tentang dampak masturbasi, saya ingin meminta maaf dulu kepada semua pembaca setia blog tips kesehatan semua, soalnya akhir-akhir ini saya jarang mengupdate tips ataupun info kesehatan dikarenakan ada beberapa hal yang harus diprioritaskan, diantaranya sedang sibuk dengan situs Belajar Bisnis Hosting (dot) com yang saya buat beberapa minggu yang yang lalu.

Okelah sekarang langsung menuju pembahasan mengenai dampak onani / masturbasi (khususnya dampak negatifnya bagi pria) yang saya kutip dari salah satu media online di Indonesia. Alasan saya memuat tulisan dampak negatif mastusbasi ini, karena setelah saya lihat melalui statistik blog, banyak sekali yang mencari topik mengenai dampak masturbasi ini, selain topik-topik seperti tips kesehatan wanita, cara memperbesar penis, tips menghilangkan tahi lalat dan lain-lain.
Masturbasi bukan hanya aktivitas sebagian para lajang. Sejumlah pria atau wanita menikah ternyata juga melakukan aktivitas itu. Sehatkah?

Aktivitas 'melayani' diri sendiri memang memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan seperti membantu meningkatkan kualitas tidur, meredam stres, memperbaiki fungsi kekebalan tubuh, dan meningkatkan produksi endorfin.

Namun, di balik manfaatnya, masturbasi juga menyimpan efek negatif. Seperti dikutip dari laman Askmen, masturbasi yang tak dilakukan secara moderat bisa menyebabkan jerawat, kemandulan, kebutaan, hingga gangguan mental.

Ada baiknya mengetahui beberapa hal lain mengenai efek negatif masturbasi.

Terlalu sering masturbasi menyebabkan ejakulasi dini. Ejakulasi berikutnya juga akan memakan waktu lama. Bagi pria yang masturbasi beberapa kali sebelum berhubungan intim, akan sulit mencapai klimaks.
Masalah lain yang timbul adalah berkurangnya sensitivitas terhadap sentuhan orang lain, dan lebih akrab dengan sentuhan diri. Terlalu sering melakukannya juga dapat memicu kulit lecet, pembengkakan organ intim karena tidak menggunakan pelumas.

Rasa bersalah
Masturbasi berdampak negatif secara psikologis. Banyak orang merasa malu dan bersalah setelah melakukannya karena terbentur nilai-nilai budaya, agama atau moral.
Tarik menarik antara kesenangan dan menahan diri berdampak pada harga diri, rasa percaya diri dan cinta. Perasaan bersalah dapat memicu efek psikosomatis seperti sakit kepala, sakit punggung, dan sakit kronis.

Masturbasi kronis
Masturbasi kronis mempengaruhi otak dan kimia tubuh akibat kelebihan produksi hormon seks dan neurotransmiter. Meski dampaknya pada setiap orang berbeda, terlalu sering masturbasi dapat memicu gangguan kesehatan seperti kelelahan, nyeri panggul, testis sakit, atau rambut rontok.
Masturbasi berkaitan dengan berkurangnya produksi testosteron dan DHT. Berkurangnya produksi testosteron juga terkait dengan kebiasaan dan gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok dan berolahraga.

Jika gaya hidup cenderung normal, namun memiliki kebiasaan masturbasi sebaiknya kurangi aktivitas seksual itu untuk mengurangi keluhan. Jika keluhan tak kunjung reda, hubungi dokter untuk pemeriksaan medis.

Masturbasi kompulsif
Masturbasi ini mempengaruhi kehidupan karena sudah menjadi kebiasaan. Sebagian pria yang masturbasi enam kali sehari bisa saja merasa produktif, sementara lainnya merasa sebaliknya.
Masturbasi kompulsif dapat berdampak negatif pada pekerjaan, hubungan dengan pasangan, harga diri, keuangan, dan sosial, jika tidak dapat menyeimbangkan antara kebutuhan pribadi dan hasrat.

TIPS WAWANCARA KERJA

Tips Wawancara Kerja

Tips Wawancara Kerja - Menghadapi wawancara dalam setiap lamran pekerjaan merupakan sebuah tantangan. Ada kompetisi di setiap pelamar yang dituntut memiliki pendidikan solid serta menunjukkan bakat dan ketrampilan. Ciptakanlah Kesan pertama yang baik saat wawancara kerja, Selain membangun kepercayaan diri, busana pun harus diperhatikan ketika dipanggil untuk interview oleh perusahaan impian. Berikut ini beberapa hal Tips Wawancara Kerja yang perlu dipertimbangkan ketika Anda merencanakan pencarian lowongan pekerjaan:

Pilih Baju dari Sehari Sebelum Wawancara Kerja Wawancara kerja bisa menjadi momen menegangkan, untuk itu pilihlah busana dari sehari sebelum interview. Sehingga Anda tidak kebingungan lagi untuk memilih baju. Sesuaikan Pakaian dengan Bidang Pekerjaan Cara tepat untuk memilih busana saat interview adalah dengan menyesuaikan bidang pekerjaan. Sebagai contoh, jika Anda akan wawancara kerja di bidang finansial atau hukum, gunakanlah baju yang klasik.Tampil Modis Boleh saja tampil modis dan lebih kasual bila Anda wawancara kerja di dunia fashion, media, komunikasi atau periklanan. Menggunakan skinny jeans, kemeja putih, sepatu pumps tinggi dengan aksesori kalung chunky boleh saja digunakan. Hindari Sepatu yang Terlalu Tinggi Sepatu terlalu tinggi membuat Anda kurang nyaman, ketika perasaan tidak nyaman timbul maka Anda menjadi gelisah dan tidak percaya diri.
 
Wawancara Kerja
 HAL-HAL BERIKUT HARUS ANDA PERHATIKAN DALAM WAWANCARA :
 
1. Usahakan untuk tiba 10 (sepuluh) menit lebih awal, jika terpaksa terlambat karena ada gangguan di perjalanan segera beritahu perusahaan (pewawancara).

2. Ucapkan salam (selamat pagi / siang / sore) kepada para pewawancara dan jika harus berjabat tangan, jabatlah dengan erat (tidak terlalu keras namun tidak lemas).

3. Tetaplah berdiri sampai anda dipersilakan untuk duduk. Duduk dengan posisi yang tegak dan seimbang.

4. Ingat dengan baik nama pewawancara. Lakukan kontak mata dengan pewawancara. Tetap fokus pada pertanyaan yang diajukan pewawancara.

5. Tunjukkan antusiasme dan ketertarikan anda pada jabatan yang dilamar dan pada perusahaan. Gunakan bahasa formal, bukan prokem atau bahasa gaul kecuali anda diwawancarai untuk mampu menggunakan bahasa tersebut.

6. Tampilkan hal-hal positif yang pernah anda raih. Tunjukkan energi dan rasa percaya diri yang tinggi. Tunjukkan apa yang bisa anda perbuat untuk perusahaan bukan apa yang bisa diberikan oleh perusahaan kepada anda .

7. Akhiri wawancara dengan menanyakan apa yang harus anda lakukan selanjutnya. Ucapkan banyak terima kasih kepada pewawancara atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada anda. Mengingat bahwa masih banyak calon karyawan yang menghadapi kendala dalam menjalani wawancara kerja, Tips ini diharapkan dapat memberikan sedikit pencerahan bagi pencari kerja sehingga lebih siap dan percaya diri. Saya yakin masih banyak cara-cara yang mungkin belum tertulis dalam Tips Wawancara ini, namun setidaknya jika anda melaksanakan saran-saran yang ada di atas maka anda akan memiliki bekal yang cukup dalam menghadapi wawancara kerja.